Al-Qur'an Petunjukku
Rasulullah sudah mewariskan Al-Qur'an kepada kita sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan
Motivasi
Oleh Irma Hidayati, S.Pd
Pegiat Dakwah
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Hidup seperti air mengalir saja. Air akan mencari jalannya sendiri. Sering ungkapan ini terlontar. Nampak baginya hidup sesuatu yang membosankan. Entah apa gerangan yang merasuki pikirannya. Mungkin beban hidup semakin besar sedangkan pemasukan tetap. Begitulah jika hidup tidak dituntun oleh syariat. Kebahagiaan serasa jauh dari dekapan.
Jika jiwa sedang redup maka siramlah dengan motivasi. Salah satu motivasi tercanggih adalah kitab suci Al-Qur'an. Apapun masalah yang mendera, bacalah Al-Qur'an. Hati akan tenang, seakan-akan bercakap-cakap dengan Sang Pencipta. Menumpahkan segala derita kepada Pemilik jiwa. Seperti yang tersurat dalam surah Yusuf ayat 86, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku...".
Ya, kita butuh curhat, kita butuh dimotivasi. Karena manusia punya sifat mudah bosan, mudah lupa, dan mudah menyerah. Dari mana datangnya motivasi? Ternyata motivasi bisa hadir dengan dua cara. Pertama, intrinsik yaitu dorongan dari dalam diri sendiri. Kedua, ekstrinsik adalah motivasi dari luar diri.
Bagaimana menjadikan diri kita sendiri sebagai sumber motivasi? Rasulullah sudah mewariskan Al-Qur'an kepada kita sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan. Tentunya kita harus mempelajari, membaca tafsirnya, dan menghafal ayat-ayat Al-Qur'an. Banyak ayat-ayat pilihan yang harus senantiasa kita jadikan sebagai senjata ketika menghadapi berbagai ujian. Ibarat sebuah aplikasi yang sudah diprogram, maka bisa kita panggil kapan saja ketika dibutuhkan.
Ketika menghadapi permasalahan dengan keluarga, teman, maka kita ucapkan sesungguhnya semua ujian dari Allah dan kepada-Nya kita kembali. Semua takdir yang menimpa sudah tertulis sejak kita di dalam rahim ibu kita. Karena Allah sudah menetapkan kebahagiaan dan kesengsaraan bagi kita. Otomatis kita harus memunculkan rasa ikhlas dan menerima ujian ini. Kemudian berbaik sangka bahwa ada hikmah dibalik semua ini.
Jika ujian datang lebih berat lagi, maka kembalikan ke tujuan hidup kita. Keberadaan kita hidup di dunia adalah untuk beribadah. Terlebih lagi kewajiban utama saat ini adalah memperjuangkan tegaknya Islam dalam institusi negara. Kita hidup untuk mendakwahkan Islam agar semua umat bisa hidup sejahtera dibawah naungan Negara Khilafah. Kita saksikan bagaimana penderitaan rakyat Palestina. Dunia diam tanpa memberikan pertolongan berarti. Jadi kesedihan dan masalah kita tidak sebanding dengan kesengsaraan mereka.
Intinya, ketika melihat permasalahan jangan menggunakan kaca mata hawa nafsu. Tapi, gunakan kaca mata hakekat yaitu rasa, spirit akan kehadiran Allah di dalamnya. Insyaallah kita akan ikhlas menerimanya dan memasrahkan diri kepada-Nya.
Salah satu cara agar kita bisa mencapai hakikat adalah dengan menghilangkan hijab atau penghalang-penghalang yang ada antara diri kita dengan Allah sehingga kita bisa memasuki zona hati syukur dan bahagia. Disertai habit berzikir kepada Allah. Senantiasa berdoa agar hati selalu mengingat-Nya dan yakin bahwa doa kita akan dikabulkan. Jadi beban berat yang dipikul bisa jadi penyelamat kita. Oleh karena itu, seberat apapun bebannya maka kita tetap bersyukur.
Sumber motivasi yang kedua, ekstrinsik atau dari luar diri. Motivasi atau dorongan yang didapatkan dari orang tua, sahabat, atau dari membaca artikel. Kita bisa menceritakan kepada teman yang kita percayai. Kita juga yakin bahwa melalui nasihatnya kita bisa bertahan dan sabar menjalaninya. Hindari curhat ke media sosial karena bukan solusi yang didapat malah semakin runyam. Cukuplah keluh kesah disampaikan lewat sujud di atas sajadah.
Kadang kala sifat wanita ketika curhat tidak butuh solusi tapi butuh didengarkan saja. Jadi, apa motivasi yang paling kuat?. Semoga kita bisa terus melangkah menjadi pribadi lebih baik, tanpa kata menyerah di tengah jalan.
Wallahualam bissawab.
#HappyNulis10Hari
#KelasAlumniAMK
#PenulisHebatAMK
Komentar
Posting Komentar