Saleh Versi Moderasi



Sejatinya, harapan semua orang tua agar putra-putrinya menjadi anak yang saleh menurut Allah dan Rasul-Nya. 


STORY TELLING 


Oleh Irma Hidayati, S.Pd

Pegiat Dakwah


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Akhir-akhir ini perasaan umat Islam dibuat pilu. Kadang cemas, gundah bahkan geram menyaksikan drama kehidupan yang terus berganti saat ini. Berbagai rasa tersebut tiada lain karena makna saleh diganti dengan kebaikan sosial. Padahal makna saleh berarti taat beribadah dan menjalankan perintah ajaran agama. Jika sosial menjadi parameter kesalehan, maka generasi penerus Islam akan jauh dari ajaran yang benar.


Sebagai ibu yang punya anak usia remaja, saya ikut geram dan khawatir akan definisi saleh ini. Menag menuturkan bahwa ada lima kategori sebagai indeks kesalehan sosial. Kepedulian sosial, relasi antar manusia, menjaga etika, melestarikan lingkungan, serta relasi dengan negara dan pemerintah. Bukankah parameter ini mengarah pada moderasi?. 

(Kompas.com, 10/10/2024)


Sejatinya, harapan semua orang tua agar putra-putrinya menjadi anak yang saleh menurut Allah dan Rasul-Nya. Memiliki kepribadian yang islami dan pola sikap Islam. Berniat ibadah karena Allah dan benar sesuai ajaran agama Islam. 


Namun, karakter taat telah didekonstruksi. Karakter yang ingin ditampakkan adalah karakter sebagai muslim moderat. Ini merupakan solusi bagi karut marutnya permasalahan remaja yang terjadi. Jauh panggang dari api.


Miris, negeri yang mempunyai bonus demografi usia produktif telah dirusak oleh perilaku yang serba bebas. Mulai tindakan asusila, amoral sampai rendahnya kualitas pendidikan merusak mental generasi. Miras, game online berujung judi online, pornografi, rudapaksa berakhir pembunuhan. Tawuran, bullying hingga bunuh diri. Astaghfirullah inikah gambaran penerus negeri?.


Sayang sekali, potensi remaja sebagai agen perubahan diamputasi. Di usia belia mereka, seharusnya memperkaya diri dengan ilmu dan tsaqofah Islam akhirat dan dunia. Memang usia muda rentan salah arah. Kondisi ini jika didukung lingkungan tidak kondusif semakin besar pula tantangan yang dihadapinya. Entah apa yang akan terjadi lima bahkan sepuluh tahun ke depan. Hati merasa sedih dan khawatir ketika menyaksikan berita kriminalitas. Hanya bisa berucap innalillahi wa ilaihi rajiun. 


Penyebab semua kerusakan yang terjadi saat ini akibat jauhnya dari pemahaman Islam. Islam sebagai solusi terbaik segala permasalahan kurang diminati. Karena umat Islam jauh dari syariat yang hidup di sistem sekularisme. Padahal seharusnya Orang tua mengenalkan Islam sejak dini. Membersamai tumbuh kembang mereka sampai nalarnya berfungsi. Didikan lingkungan juga harus menjadi perhatian. Sekolah wajib berkurikulum Islami. 


Namun, karakter generasi yang amoral menggambarkan bagaimana gagalnya pendidikan sekuler terjadi. Kurikulum pendidikan berkontribusi terhadap output generasi sekarang. Apalah daya pendidikan sistem sekuler telah menggerus potensi hebat mereka. Alih-alih memberikan solusi paripurna, malah berujung pengarusutamaan moderasi yang semakin menjauhkan dari Islam kafah. Sungguh moderasi bukanlah solusi.

 

Seharusnya kita marah ketika ajaran Islam dirubah sesuai pesanan. Ya, sang negara kafir adidaya menjajah bangsa lain dengan ideologinya. Perang pemikiran melawan radikalisme menjadi senjata mereka. Berbagai problematika diciptakan sehingga mereka layak mendikte penguasa setempat. Jadilah ratifikasi dicanangkan melalui Kementrian Agama sebagai tonggak perubahan. Selain itu Kemendikbud juga diwajibkan mengusung moderasi. Dimulai dari kurikulum sekolah PAUD hingga perguruan tinggi. Inilah target utama menjadikan profil generasi muda yang moderat.


Apalah daya pendidikan sistem sekuler telah menggerus potensi hebat mereka. Moderasi menyebabkan pendangkalan akidah. Remaja tidak mau lagi terikat dengan hukum syariat. Akhirnya mereka menjadi generasi liberal. Selayaknya kita suarakan moderasi merusak generasi. Saatnya Islam memimpin negeri. 

 

Rindu menyelimuti relung hati ketika melihat masa kejayaan Islam. Kegemilangannya bisa kita rasakan sampai detik ini. Islam mampu mencetak generasi muda menjadi ilmuwan. Karya literasi dalam ilmu agama dan sains teknologi mampu menyumbang peradaban dunia. Ini semua terwujud karena umat Islam mempunyai negara yang menerapkan syariatnya. Al-Qur'an dan Sunah menjadi kurikulum sistem pendidikan. Alhasil mampu mencetak generasi muda berkepribadian Islam. 


Selain itu negara Islam juga menopang sistem perekonomian, sistem sosial, dan politik. Sehingga fasilitas pendidikan dan publik bisa mendukung program mencetak generasi berkualitas. Tentunya sistem tersebut hanya ada di sistem Khilafah ala minhajin nubuwah.


Pastinya seluruh orang tua menginginkan anaknya menjadi tokoh pembaharu. Pejuang yang mampu mengganti pemikiran moderat menjadi islami. Semoga Allah memberi kekuatan dan kemudahan kepada para orang tua untuk membimbingnya menjadi generasi pembebas kekufuran. Ya Allah, jagalah anak-anak kami. Karena Engkaulah sebaik-baiknya penjaga dari sistem sekuler yang rusak merusak ini.


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan