Syahidnya Yahya Sinwar, Menunjukkan Kebencian AS dan Zionis Terhadap Gaza

OPINI 

Oleh Anita Humayroh 

Aktivis Muslimah dan Tenaga Pendidik


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Saat ini, umat muslim dilanda kesedihan yang amat luar biasa, terkhusus saudara kita di tanah Palestina. Kesedihan ini menjadi bukti betapa tidak berdayanya kita, yang hanya dapat menyaksikan hari demi hari darah suci para syuhada di bumi Syam tumpah ke bumi. Mereka meninggalkan dunia yang fana ini dalam keadaan menjaga tanah mereka dengan nyawa mereka. Hal itu pasti Allah Swt. akan membalas dengan surga.


Belum lama ini, kaum muslim berkabung atas pembunuhan panglima tinggi Hamas, Ismail Haniyah. Tentara zionis menargetkan khusus ke kediaman pribadinya di Teheran dengan rudal berpemandu. Media melaporkan, rudal itu menghantam kediaman Haniyah sekitar pukul 02.00 waktu setempat sebagaimana diberitakan oleh media pemerintah Iran. Persekongkolan antara Media Fars dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran, menyebut Haniyah ditempatkan di sebuah kediaman untuk para veteran di bagian utara Teheran, dan bahwa ia terbunuh oleh “proyektil dari udara”. 


Belum usai menghapus air mata, kesedihan itu hadir lebih dahsyat, di mana pada Jumat, 18 Oktober 2024, Hamas mengumumkan bahwa pemimpinnya di Gaza dan Kepala Biro Politik Yahya Sinwar telah syahid di garis utama. Karya besarnya, Operasi Banjir Al Aqsa, melawan musuh, Israel.


Kebohongan media Israel terbongkar. Pernyataan kerdil Israel yang mengatakan bahwa Sinwar bersembunyi di terowongan dan menggunakan tawanan sebagai perisai manusia sudah terpatahkan. Justru, Asy Syahid, Yahya Sinwar berada di sebuah rumah dengan beberapa pejuang lainnya. Ia mengenakan pakaian militer, termasuk rompi, granat, amunisi, dan senapan serbu lengkap dengan buku zikir yang lusuh di tangannya. Bahkan, pertarungannya dengan tentara zionis telah memasuki hari ke-18 di usianya yang sudah menginjak 61 tahun. Allahu Akbar.


Propaganda Zionis selama ini terbantahkan dan berbalik menyerang mereka sebagai senjata yang mematikan tuannya sendiri dan membungkam kebohongan demi kebohongan yang mereka ucapkan.


Asy Syahid Yahya Sinwar, adalah salah satu target utama dari setiap serangan brutal tentara zionis Israel. Dalam pemandangan pahit saat ini, di mana terjadi pengungsian massal dan serangan udara Israel yang tak henti-hentinya. Sebagian warga yang lelah berharap konflik lebih dari setahun ini segera berakhir. Namun, masih banyak juga yang ingin mendukung dan melakukan perlawanan.


Berita tewasnya Sinwar dengan cepat berembus, dan gambar jasadnya yang terkubur di bawah reruntuhan muncul di berbagai platform sosial media. Yahya Sinwar yang merupakan sosok pemimpin perlawanan Palestina selama ini, akhirnya gugur dalam serangkaian perang yang menghancurkan Gaza. "Kematian Yahya Sinwar adalah tragedi bagi kami,” kata seorang warga yang mengungsi dari utara Gaza, Amal al-Hanawi, seperti dikutip dari Al Jazeera. (Kumparannews.com, 18/10/24)


Tewasnya Yahya Sinwar menambah kuat asumsi publik bahwa kebencian Israel dan sekutunya bukan semata kepada gerakan perlawanan kemerdekaan Palestina, Hamas. Namun juga terhadap Islam dan seluruh masyarakat Gaza.


Sejumlah pemimpin negara-negara dan organisasi internasional Barat hingga Iran bereaksi setelah Yahya Sinwar tewas dalam serangan Israel pada Kamis (17/10).

Joe Biden, Presiden Amerika sangat mengapresiasi serangan Israel yang menewaskan Sinwar pada Kamis lalu. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai "kerja luar biasa" dari militer Israel. Ia juga menilai kematian Sinwar sebagai hari baik bagi seluruh negara di dunia. Menurutnya kematian Yahya Sinwar menjadi hari baik bagi Israel, bagi Amerika Serikat, dan bagi dunia.


Selain AS, Keir Starmer Perdana Menteri Inggris juga memberikan komentarnya. Inggris tidak akan berduka atas kematian Sinwar dalam serangan yang dilakukan oleh Israel dan ia mengatakan bahwa Yahya Sinwarlah otak di balik hari paling mematikan dalam sejarah Yahudi sejak Holocaust. Inggris tidak akan berduka atas kematiannya. "Hari ini, pikiran saya bersama keluarga para korban," kata Starmer.


Justin Trudeau, juga mengapresiasi serangan Israel yang menewaskan Sinwar. Perdana Menteri Kanada ini menilai serangan tersebut merupakan upaya Israel untuk mengakhiri teror dari Hamas. Ia juga menganggap kematian Sinwar bisa mempercepat proses gencatan senjata di Gaza.


Inilah bentuk kebencian AS dan zionis serta para sekutunya. Kejadian ini telah menjawab persoalan solusi 2 negara yang tak akan pernah dapat menjadi jalan keluar dari persoalan Timur Tengah. Sistem kapitalis-sekuler yang berkuasa saat ini, menjadikan seluruh keputusan konflik dunia ada pada majelis PPB dan hak ekslusif yang diberikan kepada beberapa negara pemegang hak veto.


Kehancuran AS dan Israel serta kemerdekaan Palestina hanya dapat terwujud apabila ada satu institusi tandingan dengan kekuasan dan militansi tinggi, yaitu negara Islam.

Negara Islam yang akan memorak-porandakan sistem pertahanan dan kesombongan bangsa Yahudi, sebagaimana Rasulullah saw. memperlakukan bangsa Yahudi dahulu. 


Sudah saatnya kita memperjuangkan sebuah tatanan kehidupan yang sahih. Tatanan yang bersumber dari Allah Swt. yang senantiasa menjaga dan melindungi jiwa dan harta kaum muslimin dari segala hal.


Seketika teringat kembali perkataan Yahya Sinwar, di mana beliau memiliki mimpi untuk memberikan hadiah terbaik untuk para musuh Allah. Yaitu mati di tangan musuh sebagai pejuang tangguh yang mempertahankan kedaulatan negaranya. Semoga kita mendapatkan hal yang sama dengan apa yang sudah menjadi cita-cita kita sebagai seorang muslim. Bahagia di dunia dan akhirat, dan hidup dalam satu aturan agung. Aturan yang hanya menjadikan Allah Swt. sebagai pijakan dalam setiap perbuatan.


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan