Gen Z Harus Berbenah dan Belajar pada Pemuda Palestina
Gen Z harus berbenah dengan mempelajari Islam secara mendalam, hingga memahami Islam secara sempurna.
Oleh Isna Anafiah
Aktivis Muslimah
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Kehidupan generasi muda memang penuh dinamika dan warna. Mereka unik dan menarik, karena generasi muda hari ini, mudah sekali tergoda dengan hal-hal baru. Darah mudanya senantiasa bergejolak dan berapi-api untuk mencicipi manisnya "Madu dan pahitnya racun" dunia. Begitu banyak generasi muda yang terperdaya dengan virus liberalisme, hingga mereka mengalami krisis identitas sebagai seorang muslim.
Mirisnya, generasi muda yang menyandang status "Agent of Change" (agen perubahan), tetapi mereka tidak memahami aturan hidup yang berasal dari Islam. Kehidupannya rapuh, tidak heran jika mereka di juluki generasi stroberi, generasi yang mengalami krisis mental hingga berujung kehancuran. Mereka tidak mampu mengelola emosi dengan baik, sehingga mudah emosi, cemas, depresi dan putus asa. Jika mendapatkan kesulitan hidup dan tak mampu menyelesaikannya dengan cara yang benar, mereka akan melakukan jalan pintas, yaitu bunuh diri. Semua ini terjadi karena kurangnya pemahaman Islam. Sehingga generasi muda saat ini di kenal dengan istilah gen Z, yang mana jika mereka menghadapi permasalahan hidup cepat berputus asa.
Sebagaimana kejadian di Bekasi, seorang remaja bunuh diri di area parkir metropolitan mall. Adanya Insiden tersebut menggambarkan betapa rapuhnya mental generasi muda saat ini. Sebelum bunuh diri, AM sempat menulis pesan, ingin hidup bahagia, punya kehidupan yang normal, menurut AM dunia itu indah namun kehidupannya tak seindah yang dia harapkan. Dari isi pesannya menunjukkan kalau AM sedang putus asa. AM sempat berhenti sekolah dan harus menjalani paket C, yang menyebabkan AM mengalami kegelisahan, cemas dan depresi hingga mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
(www.kompas.id 24/10/2024)
Mengingat era digital 4.0, manusia dimudahkan dalam mengakses informasi dan membuka peluang baru diberbagai bidang, seperti bidang ekonomi dan bisnis flatform e-comerce, pendidikan online ealerning, adanya aplikasi kesehatan, pertanian, industri kreatif dan lain-lain.
Teknologi itu bagaikan pedang bermata dua, kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat generasi muda tak lagi mampu mengontrol penggunaan teknologi, aktivitas berlebihan dalam menggunakan teknologi ini telah menimbulkan stres, kecemasan dan depresi, hingga berdampak pada psikologis yang serius. Tidak sedikit remaja yang tertekan karena mengikuti kehidupan sosial yang tak sehat, seperti fenomena fear of missing out (FOMO). Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penduduk generasi muda usia 15 tahun ke atas, 6,1% telah mengalami gangguan kesehatan mental karena mengalami kecemasan dan depresi. Namun fakta lain menunjukkan lebih dari 15,5 juta generasi muda Indonesia mengalami kesehatan mental, penyebabnya karena mengalami kecemasan dan depresi.(m.kumpulan.com, 21/10/2024
Tidak hanya itu, gen Z yang sedang dalam masa produktif ini pun tak sedikit dari mereka yang menganggur. Jumlah Gen Z yang menganggur cukup tinggi, yaitu 9,9 juta orang di Indonesia. (radaryogja.jawapos.com, 23/10/2024)
Selain itu, masalah biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang mahal pun masih menjadi polemik. Ekonomi yang kian hari makin sulit inilah, yang menyebabkan para orang tua merasa berat. (kompas.com, 30/10/2024)
Banyaknya persoalan hidup yang dihadapi gen Z (mulai dari UKT mahal, pengangguran, gangguan mental dan lain-lain) merupakan diterapkannya sistem kapitalisme demokrasi, yang telah melahirkan aturan rusak. Di sisi lain, gen Z telah terjebak dalam gaya hidup yang berasal dari barat seperti, fomo, konsumerisme dan hedonisme. Makin rumitnya kehidupan gen Z, karena mereka telah meninggalkan aturan hidup yang berasal dari Sang Ilahi, dengan menggunakan aturan manusia sebagai standar perbuatannya. Promlematika yang terjadi pada gen Z saat ini merupakan masalah sistemik, jadi solusi yang dihadirkan pun harus sistemik juga. Penguasa harus segera berbenah agar gen Z tidak menjadi generasi cemas di masa depan, akan tetapi mampu menjadi generasi emas harapan umat di era digital saat ini.
Gen Z merupakan kunci dan tulang punggung serta pelopor perubahan. Mereka harus mampu menguasai teknologi dan bijak dalam menggunakannya. Hal ini diharapkan agar generasi muda mampu membangun sistem kehidupan yang saleh. Apa lagi tahun 2045, Indonesia digadang-gadang mengalami bonus demografi. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki langkah-langkah jitu dengan sistem yang ideal, agar bonus demografi ini tidak menjadi ancaman yang menyeramkan di masa depan. Apa lagi kondisi negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Sudah seharusnya gen Z dibina menjadi agent perubahan, namun sayangnya, demokrasi telah menjauhkan gen Z dari perubahan hakiki dan sistem Islam. Pada faktanya, hanya sistem Islam dan pendidikan Islamlah yang mampu membentuk gen Z menjadi generasi emas, berkepribadian Islam, cerdas dan bertaqwa.
Generasi muda merupakan aset yang luar biasa, karena kreativitas mereka mampu menembus batas. Oleh karena itu, harus ada perhatian besar dari keluarga, masyarakat dan negara. Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama, sehingga orang tua harus mampu memberikan teladan terbaik, mengayomi, menanamkan moral dan akidah Islam, agar anak tumbuh menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam, karena di balik generasi hebat zaman dulu ada peran ibu yang hebat dan didukung oleh sistem yang ideal.
Seperti kisah ummu hatun, yang menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini, mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan dan visi besar untuk menaklukkan konstantinopel serta memberikan guru terbaik untuk putranya, Muhammad Al Fatih. Sehingga ia tumbuh menjadi generasi saleh, tangguh dan berkepribadian unggul. Bahkan mampu menjadi sang pedang malam karena Muhammad Al fatih selalu menunaikan shalat tahajud. Tentu saja dibalik kehebatan Muhammad Al fatih ada peran Ibu yang hebat, yang didukung oleh sistem yang ideal.
Dengan adanya peran aktif dari keluarga dan masyarakat serta peran negara yang memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi generasi muda. Harus didukung dengan pendidikan terbaik dan aturan negara yang ideal.
Di dalam Islam, negara akan menyediakan kebutuhan dasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana untuk mendukung generasi tumbuh menjadi generasi gemilang. Pendidikan yang gemilang ini, saat itu diperoleh secara gratis, dan hanya negara yang menerapkan syariat Islam secara sempurnalah yang mampu menyediakannya, karena seluruh pembiayaan ditanggung oleh negara melalui baitul mal. Negara yang menerapkan syariat Islam, pendidikannya berbasis aqidah Islam sehingga akan melahirkan generasi berkepribadian Islam dan mampu menggunakan teknologi dengan bijak. Sehingga, kita tidak akan mendapati generasi yang memiliki permasalahan yang rumit, dan berujung pada penurunan kepercayaan diri serta gangguan mental.
Sedangkan untuk menuju perubahan hakiki, negeri ini membutuhkan peran pemuda yang tangguh dan bertaqwa, bukan yang rapuh seperti generasi stroberi. Generasi di negeri ini harus belajar dari pemuda palestina, mereka rela mati untuk mendapatkan gelar syuhada, bahkan pada masa Rasulullah ada seorang pemuda yang rela meninggalkan kemewahan yang diberikan orang tuanya, hanya untuk membuktikan kecintaannya kepada Islam. Ia berjuang demi Islam hingga gugur di medan perang saat perang uhud. Dia adalah Mush'ab, yang loyalitasnya luar biasa kepada Allah dan Islam membuat namanya harum sepanjang masa. Kunci generasi tangguh di dalam Islam adalah keimanan yang didukung dengan sistem yang ideal.
Kita harus sepakat bahwa hanya Islam tolak ukur kehidupan terbaik. Termasuk ketika ingin menghasilkan generasi berkepribadian Islam. Tentu hanya Islam jawabannya. Kita bisa memperhatikan firman Allah berikut:
كنتم خير امة اخرجت للناس تامرون وتنهون عن المنكر وتومنون بالله
"Kalian semua adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah." (QS. Ali-Imran[3]: 110)
Dengan adanya "Stempel" dari Allah sebagai khoiru ummah (umat yang terbaik) seharusnya kita Pede hanya Islam yang layak menjadi tolak ukur perbuatan.
Selain itu Allah pun tidak akan mengubah keadaan generasi muda jika mereka tak ada keinginan untuk berubah. Untuk lebih jelasnya kita bisa memperhatikan firman Allah berikut:
ان الله لا يغير مابقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu mengubah nasibnya sendiri. (QS. Ar-Ra'd[13]: 11)
Setelah memperhatikan kedua ayat di atas, gen Z harus berbenah dengan mempelajari Islam secara mendalam, hingga memahami Islam secara sempurna.Tentu hal ini akan terwujud apabila didukung oleh keberadaan partai yang sahih dan mampu membina gen Z secara sahih, serta mendorong gen Z untuk menjadi agent of change dan memiliki kepribadian Islam. Dengan begitu, mereka akan menjadi pembela Islam dan membangun peradaban Islam di bawah panji Rasulullah saw., yaitu laa Ilaha Illallah Muhammada Rasulullah. Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar