Generasi Unggul dengan Kurikulum Tunggal
Selama masih berkutat dengan asas sekuler, pergantian kurikulum tidak akan mengubah apapun.
Oleh Eci Aulia
Aktivis Muslimah Bintan
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Dilansir dari news.republika.co.id, (9-11-2024), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti sempat menyatakan akan menggagas konsep Deep Learning atau pembelajaran mendalam sebagai evaluasi bagi Kurikulum Merdeka yang diterapkan saat ini. Menurutnya Deep Learning bertujuan untuk memberi pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa.
Adapun Deep Learning memiliki tiga elemen utama. Mindfull Learning: menyadari keadaan murid berbeda-beda. Meaningfull Learning: mendorong murid berpikir dan terlibat dalam proses belajar. Joyfull Learning: mengedepankan kepuasan dan pemahaman mendalam.
Namun, lebih lanjut ia menegaskan belum ada rencana untuk pergantian kurikulum. Deep Learning bukan sebagai pengganti kurikulum, tetapi hanya pendekatan belajar. Sebelum mengambil keputusan pergantian kurikulum, pihak Kementerian terlebih dahulu akan mendengarkan aspirasi pemerintah daerah, masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan, dan pengguna jasa layanan pendidikan.(kompas.com, 11-11-2024).
Hari ini para pelajar dan tenaga pendidik sudah cukup dipusingkan dengan metode Kurikulum Merdeka. Belum lama kurikulum ini diterapkan, isu kurikulum baru kembali mengemuka. Jika benar demikian, mungkinkah harapan lahirnya generasi unggul dapat terwujud?
Transformasi Wajah Pendidikan Negeri
Jika ditelusuri fase perkembangan kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia dalam beberapa dekade. Konsepnya bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Kurikulum baru akan mengevaluasi dan menyempurnakan kurikulum yang lama.
Setiap kurikulum memiliki strategi dan karakteristik masing-masing. Semisal Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)Tahun 2004 merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai, serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada tahun 2006 direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini berbasis standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Kemudian pada tahun 2013 berganti menjadi Kurikulum 2013 (K-13) yang mengedepankan aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku. Selang beberapa tahun akhirnya Kemendikbudristek mengganti kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka. Konsepnya lebih kepada pengembangan karakter profil pelajar pancasila.
Jika dicermati, faktor pemicu sering terjadinya pergantian kurikulum di negeri ini adalah selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Baik dalam aspek ilmu pengetahuan maupun teknologi. Selain itu, agar dapat menyiapkan generasi untuk menghadapi tantangan dunia global, seperti menghadapi situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan kata lain, standar pendidikan Indonesia selalu mengikuti standar internasional.
Wajah Pendidikan Kian Suram
Faktanya, setiap pergantian Menteri kebijakan pun ikut berganti. Entah itu perubahan kurikulum atau kebijakan lain yang berkaitan dengan pendidikan. Hal yang patut dipertanyakan apakah realitas potret generasi hari ini sudah menampakkan hasil yang sejalan dengan tujuannya. Atau malah sebaliknya, menyimpang dari harapan.
Dari fakta yang kita saksikan di tengah masyarakat alih-alih melahirkan generasi mumpuni. Justru wajah pendidikan negeri nampak kian suram. Ranah pendidikan mengalami problematika yang sangat kompleks. Mulai dari kasus perzinaan, pembunuhan, perundungan, tindak asusila, perilaku bebas (liberal), perilaku menyimpang, dan penyakit mental.
Kurikulum ibarat sebuah napas dalam pendidikan. Menjadi penentu arah generasi mau di bawa ke mana. Jika napas itu rusak, maka terbayang apa yang akan terjadi pada tubuh pendidikan. Realita berbicara bahwa pendidikan hari ini telah diracuni oleh sekularisasi. Pada praktiknya out put pendidikan hanya berorientasi pada pencapaian akademis.
Ini sejalan dengan kriteria yang ditetapkan dunia global dan kebutuhan industri. Tujuannya agar generasi mampu mendobrak kemajuan dalam bidang ekonomi. Masalah aspek ruhiyah dan moralitas menjadi urusan masing-masing individu.
Wajar kalau ada generasi muda unggul dalam bidang sains dan teknologi, tetapi pola pikir dan pola sikapnya tidak mencerminkan seorang yang berkepribadian Islam. Oleh karena, hidupnya hanya berorientasi pada pencapaian materi dan duniawi. Lambat laun ia akan lupa dengan visi dan misinya sebagai seorang hamba Allah swt. di muka bumi. Ini jelas berbahaya bagi masa depan generasi.
Berkutat dengan Asas Sekuler Kapitalisme
Selama masih berkutat dengan asas sekuler, pergantian kurikulum tidak akan mengubah apapun. Sebabnya, visi dan misi pendidikan tidak dibangun dengan landasan fundamental. Belum lagi, pembentukan karakter generasi dipengaruhi oleh pemikiran moderat. Alhasil, generasi akan semakin jauh dari agamanya hingga berpotensi membuat kerusakan dan masalah di tengah-tengah masyarakat. Sebab, akalnya hanya diarahkan untuk menjadi budak revolusi industri.
Disamping itu, transformasi kurikulum hanya mengajarkan peserta didik untuk malas berpikir. Meski perubahan itu sebuah keniscayaan, tetapi untuk nyawa sebuah pendidikan perlu landasan yang bersifat baku.
Potret Gemilang Pendidikan Islam
Out put pendidikan dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islam pada individunya. Peserta didik bukan hanya dibekali dengan tsaqofah Islam yang berhubungan dengan kehidupan. Namun, juga menguasai ilmu sains dan teknologi.
Dalam Islam, kurikulum pendidikan yang diterapkan oleh negara hanya satu yaitu kurikulum berbasis akidah Islam. Pengaruh perkembangan zaman hanya akan mengubah sarana dan prasarana dalam pendidikan, bukan tujuan utama pendidikan. Tidak ada larangan untuk mendirikan sekolah swasta selama mengikuti kurikulum negara. Kurikulum berdiri berdasarkan strategi pendidikan yang di dalamnya terealisasi tujuan pendidikan.
Mata pelajaran serta metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa penyimpangan sedikitpun. Setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tujuan pendidikan maka dilarang.
Negara menyediakan gedung sekolah, perpustakaan, dan laboratorium. Di samping itu, universitas juga memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti, fiqh, ushul fiqh, hadits, dan tafsir. Demikian pula di bidang ilmu sains, seperti kedokteran, teknik, kimia, biologi, dan penemuan-penemuan baru.
Wajar jika dahulu di tengah-tengah umat lahir para mujtahid yang mampu menggali hukum syarak. Sebut saja Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal. Mereka adalah para mujtahid yang ahli dalam menggali nash yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits.
Disamping itu, lahir pula para ilmuwan ternama menjadi penemu dan peneliti. Siapa yang tidak kenal dengan nama ilmuan Muslim, seperti Ibnu Sina, filsuf dan ahli kedokteran yang dijuluki sebagai Bapak Kedokteran Modern. Al-Khawarizmi, ahli matematika yang dikenal sebagai penemu aljabar dan algoritma. Abbas Ibn Firnas, pelopor di bidang penerbangan yang berhasil mendesain alat yang memiliki sayap, mirip seperti kostum burung.
Generasi unggul dunia akhirat hanya akan diraih dengan menerapkan sistem pendidikan Islam dalam bingkai Daulah Islamiyyah. Mereka para mujtahid dan para ilmuwan lahir dari sistem hidup yang menerapkan hukum Islam secara keseluruhan. Tidak ada komersialisasi dalam tubuh pendidikan, apalagi penyimpangan. Pendidikan Islam murni membentuk generasi yang beriman, bertakwa, bijak, cerdas, dan ahli dibidangnya. Ilmunya bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Wallahualam bissawab
Komentar
Posting Komentar