Islam Masa Depan Gen Z dan Alpha
Islamlah yang seharusnya menjadi masa depan gen Z dan Alpha. Bukan lainnya!
OPINI
Oleh Annis Miskiyyah
Muslimah Pemerhati Generasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI_Viral di dunia maya, 'Garut di Eropa'. Hal tersebut menjadi bahan lucu-lucuan karena membuat kita tertawa. Namun, juga menjadi bahan renungan kita semua. Separah itukah generasi masa kini?
Dikutip dari detik.com pada Senin (11/11/2024), bahwa banyak wawancara oleh influencer terhadap remaja berseragam SMA atau putih abu-abu tentang pengetahuan umum dan matematika dasar. Namun, anehnya tidak ada yang menjawab dengan benar. Terlontar jawaban 'Garut' ketika ditanya negara apa saja di Eropa. Sebaliknya, pada wawancara lainnya, mereka lancar ketika menyebutkan nama artis dan selebgram.
Seperti diketahui, Gen Z dan Alpha merupakan generasi muda yang kelahirannya dari tahun 2000 hingga kini. Menurut data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi remaja dan dewasa muda atau yang dikenal dengan generasi Z mengalami lonjakan yang signifikan. Tercatat usia 15-19 tahun berjumlah 22,12 juta jiwa. Usia 20-24 tahun berjumlah 22, 28 juga. Bonus demografi bagi Indonesia tetapi kualitasnya dipertanyakan.
Tentu banyak faktor yang mempengaruhi kualitas gen Z dan Alpha. Di antaranya:
Pertama, kurangnya kesungguhan dan keseriusan ketika belajar. Sekolah hanya sekadar formalitas. Terlihat dari banyaknya siswa yang terlibat berbagai kasus dan kenakalan remaja, seperti: tawuran, pacaran, pembullyan, dsb. yang semakin hari terus terjadi.
Kedua, pemikiran remaja mulai dipengaruhi gaya hidup sekuler kapitalistik, liberal, dan hedonis. Sehingga lebih mementingkan penampilan, pergaulan, dan individual. Eksistensi diri lebih dikedepankan. Akhirnya banyak yang terjerat Fomo.
Ketiga, mereka kurang literasi, juga karena mengandalkan gawai dan jaringan internet serta teknologi AI. Ini juga menyebabkan mereka ingin hasil yang bersifat instan. Daya pikirnya rendah, karena mereka selalu dengan mudah mendapatkan jawaban mengandalkan teknologi digital. Maka wajar, pertanyaan tentang pengetahuan umum dan matematika dasar pun tak mampu mereka jawab dengan benar.
Keempat, keluarga dan lingkungan juga sudah tidak lagi kondusif bagi perkembangan generasi. Banyak keluarga yang hancur dan tak bisa menjadi tempat yang aman bagi kehidupan generasi. Keluarga yang ada, tak bisa menjadi tempat mendapatkan pendidikan pertama dan utama. Karena kesibukan orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan berbagai biaya hidup yang kian mahal. Demikian pula sekolah, yang justru hanya menambah beban biaya, misalnya untuk membeli buku-buku serta membiayai pendidikan yang dirasakan membebani pikiran.
Kelima, peran negara sama sekali tak mampu membangkitkan generasi. Kurikulum berganti setiap pergantian menteri. Usulan kurikulum 'deep learning' kemungkinan akan menambah beban para pengajar. Karena keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan. Juga keterbatasan kompetensi para pengajar untuk merambah dunia digital. Selain itu, tanpa filter berbagai konten akan mudah diakses oleh pelajar. Semua itu akan semakin menambah kekacauan. Akhirnya, generasi ini tak bisa terselamatkan, nauzubillah!
Ditambah proyek menyesatkan ala moderasi. Alih-alih memberi solusi, yang terjadi generasi semakin tak tahu jati diri, nir adab, ilmu dan pemahaman tak lagi dimiliki. Sungguh inilah hasil penerapan aturan tidak Islami. Oleh karena itu, aturan sekuler kapitalis ini harus dicampakkan. Harus bersegera menerapkan sistem Islam kafah (khilafah) dalam seluruh aspek kehidupan.
Dalam Islam, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Oleh karenanya, setiap muslim laki-laki dan perempuan dituntut untuk belajar. Maka kaum muslim akan mendapatkan pahala dan pemahaman dari aktivitas menuntut ilmu tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim." (HR. Ibnu Majah)
Dalam hal ini, Islam mewajibkan negara memfasilitasi pendidikan dengan gratis dan berkualitas. Sistem Islam bertujuan melahirkan generasi berkepribadian Islam. Pola pikir dan pola sikap para pelajar berdasarkan Islam. Juga tentu menguasai sains dan teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat. Sehingga, para pelajar dapat memiliki keimanan, ketakwaan, serta seluruh aktivitasnya sesuai aturan Islam. Berbagai kecanggihan teknologi dikuasai tanpa berdampak negatif bagi generasi dan masyarakat.
Negara juga wajib menyiapkan para pengajar berkompeten. Berbagai pelatihan dan training serta jenjang pendidikan lebih tinggi diberikan secara gratis. Kemudian, gaji dan tunjangan bagi pengajar diberikan secara memadai. Meskipun tetap harus memilihkan guru dan pengajar yang memiliki keimanan, ketakwaan serta ilmu yang mumpuni. Alhasil, profesi guru sangat dihargai dan mulia di dalam Islam.
Demikian pula, keluarga dan masyarakat Islam bisa kondusif sebagai lingkungan yang mendukung pendidikan. Sinergitas antara orang tua dan sekolah harus terjalin erat. Kehidupan keluarga dan masyarakat akan harmonis sesuai nilai-nilai Islam. Bahkan keluarga dan masyarakat dapat berkontribusi dengan cara wakaf untuk menyukseskan pendidikan Islam.
Negara juga akan menjadikan departemen penerangan untuk memblokir dan menyaring berbagai berita dan konten yang bertentangan dengan akidah dan aturan Islam. Negara juga akan berusaha memiliki secara mandiri provider digital. Meskipun demikian, izin bagi penerbitan atau kantor berita itu tidak diperlukan. Hanya berbentuk pemberitahuan saja kepada departemen penerangan. Termasuk berbagai aturan lainnya, yang tentu tidak boleh bertentangan dengan akidah dan aturan Islam. Sehingga generasi akan tetap terjaga terlindungi, terdidik, bahkan lahir sebagai pemimpin masa depan.
Semua itu pernah diterapkan kaum muslim dan menjadi tinta emas sejarah yang tak terlupakan. Sebagaimana Islam pernah menjadi mercusuar bagi dunia. Pada masa kekhalifahan, telah lahir generasi ulama madzhab. Juga melahirkan para ilmuwan yang menguasai berbagai cabang ilmu atau disebut polymath. Tidak ketinggalan Islam pernah melahirkan generasi para kesatria di medan jihad dan pemimpin dunia sekaliber Muhammad Al Fatih. Masya Allah, berarti Islamlah yang seharusnya menjadi masa depan gen Z dan Alpha. Bukan lainnya! Wallahualam bissawwab
Semoga Islam kembali menjadi mercusuar dunia. Memimpin dengan peradaban yang agung, dibawah panji-Nya.. aamiin...
BalasHapus