Kunci Bahagia

 


Standar kebahagiaan seseorang berbeda-beda, tergantung pemikirannya

MOTIVASI 

Oleh Rosmita

Pegiat Literasi 


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Bahagia adalah perasaan di mana hati merasakan ketenangan, kesenangan dan kelapangan. Setiap orang pasti ingin merasakan hidup bahagia. Namun ternyata tidak semua orang bisa merasakan bahagia.


Ada yang hidupnya bergelimang harta, tapi jiwanya hampa. Ada yang punya jabatan dan ketenaran, tapi hidupnya penuh tekanan. Mengapa demikian? Yuk kita bahas lebih dalam. 


Standar kebahagiaan seseorang berbeda-beda, tergantung pemikirannya. Inilah yang menyebabkan tidak semua orang bisa meraih kebahagiaan. 


Orang yang pemikirannya kapitalis, akan memandang bahagia dengan sudut pandang materi. Dia akan bahagia bila memiliki harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, popularitas, fisik yang sempurna dan seterusnya. Maka jangan heran bila orang seperti ini tidak bahagia, bila tidak memiliki itu semua. Kemudian dia akan menghalalkan segala cara untuk meraih kebahagiaan sesuai standarnya. Baik dengan cara yang dibolehkan syariat, bahkan sampai yang menyimpang dari syariat. 


Contohnya, ada yang ingin mendapatkan harta dengan cara korupsi hingga pesugihan. Ada yang melakukan praktik suap dan nepotisme untuk meraih jabatan. Ada pula yang melakukan operasi plastik supaya lebih cantik atau tampan. 


Padahal faktanya, semua itu tidak bisa membuat dia merasakan kebahagiaan yang hakiki. Kalau harta bisa membuat bahagia, mengapa orang terkaya di dunia mati dengan cara bunuh diri? Kalau jabatan bisa meraih kebahagiaan, mengapa Presiden Brazil menembak kepalanya sendiri? Kalau popularitas, kecantikan dan ketampanan bisa membuat seseorang bahagia, lalu mengapa banyak artis Korea bunuh diri? 


Intinya semua materi tidak bisa menjamin kebahagiaan seseorang. Kalau kita lihat secara kasat mata mereka bahagia, ternyata kebahagiaannya semu. Ibarat fatamorgana yang memberikan kesejukan, padahal itu hanya ilusi bukan kenyataan. 


Berbeda dengan orang yang pemikirannya Islam, dia akan menjadikan rida Allah sebagai tolak ukur kebahagiaan. Apa pun keadaannya, dia akan tetap bahagia asalkan Allah rida kepadanya. 


Ketika diberi kebaikan dan kesenangan, dia akan bersyukur dan menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat. Contohnya saat diberi tubuh yang sehat digunakan untuk beribadah, diberi harta yang berlimpah digunakan untuk bersedekah.


Dari akumulasi sukacita, keberkahan nikmat dan harapan mendapatkan pahala akan muncul. Buahnya berupa kebaikan, keberkahan, dan kebahagiaan bahkan melebihi kesenangan yang pertama saat mendapatkan harta dan tubuh yang sehat. 


Allah Swt. berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)


Begitu pula saat ditimpa keburukan, kemudaratan dan cobaan, dia akan menghadapinya dengan jiwa yang lapang. Dia akan berusaha menyelesaikan berbagai persoalan dengan hati yang tenang. 


Contohnya bila dia miskin, sakit, dan mendapat musibah dia bersabar dan tetap taat kepada Allah. Maka akumulasi dari kesabaran, ketaatan, dan harapan mendapatkan pahala akan berbuah keberkahan dan kesenangan. 


Allah Swt. berfirman: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 155)


Rasulullah saw. bersabda: "Sungguh luar biasa urusan orang beriman itu. Sesungguhnya setiap urusannya (akan mendatangkan) kebaikan. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur dan (syukur) itu adalah kebaikan untuknya. Jika dia mendapatkan musibah, dia bersabar dan (sabar) itu adalah kebaikan untuknya. Hal itu tidak (diberikan) untuk siapa pun kecuali orang beriman." (HR. Muslim)


Jadi dua kunci kebahagiaan itu adalah syukur dan sabar. Orang yang memiliki dua hal ini akan selalu bahagia apa pun keadaannya. Bahkan dua kunci inilah yang akan mengantarkan seseorang pada kebahagiaan hakiki, yaitu bahagia di dunia dan akhirat. Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan