Islam Mampu Menyelesaikan Karut marut Bidang Kesehatan



 Dalam sistem Islam, kesehatan dipandang sebagai hak dasar yang harus dijamin oleh negara. 

OPINI 

Oleh Nur Hasanah, SKom

Aktivis Dakwah Islam


Muslimahkaffahmedia.eu.org,OPINI_Problem kesehatan menjadi persoalan serius yang belum terpecahkan. Walau pemerintah sering menggembar-gemborkan prioritas anggaran kesehatan dan upaya perbaikan fasilitas, faktanya tidak sesuai realita. Banyak rakyat yang kesulitan mendapatkan akses layanan kesehatan terbaik karena persoalan fasilitas yang tidak merata, kurangnya tenaga kesehatan (nakes), hingga biaya yang sangat mahal.


Komersialisasi Kesehatan


Ketimpangan dalam sektor kesehatan masih menjadi problem akut. Di kawasan perkotaan, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit besar dan alat kesehatan canggih tersedia, tetapi kondisi ini sangat berbeda di daerah pedesaan atau pelosok. Misalnya di Kalimantan Tengah yang berjumlah sekitar 2,7 juta jiwa. Idealnya memerlukan 2.700 tenaga dokter. Namun faktanya, jumlah dokternya hanya 800 orang. (rri.co.id, 11-10-2024)


Data menunjukkan bahwa distribusi tenaga kesehatan di Indonesia masih jauh dari ideal. Hal ini menyebabkan masyarakat di daerah tersebut harus menempuh perjalanan panjang, bahkan berjam-jam hanya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.


Masalah lainnya adalah mahalnya biaya kesehatan karena telah menjadi komoditas yang dikapitalisasi. Di bawah sistem kapitalis, kesehatan dipandang sebagai ladang bisnis yang menjanjikan. Rumah sakit, apotek, dan perusahaan asuransi kesehatan berlomba-lomba mengejar keuntungan finansial, sementara rakyat kecil kesulitan membayar biaya berobat yang terus melambung.


Narasi pemerintah tentang "anggaran kesehatan yang diprioritaskan" dan "peningkatan standarisasi profesi kesehatan" sejatinya lebih condong melayani kepentingan korporasi. Misalnya, pengadaan alat kesehatan sering kali lebih berpihak pada vendor besar yang mendominasi pasar sehingga rumah sakit kecil dan klinik di pelosok sulit mendapatkan dukungan alat yang layak.


Sistem asuransi kesehatan juga menjadi bukti nyata komersialisasi sektor kesehatan. Meski ada program asuransi seperti BPJS, kenyataannya banyak pasien yang masih harus membayar biaya tambahan karena terbatasnya cakupan layanan asuransi tersebut.


Kepemimpinan Sekuler Abai kepada Rakyat


Permasalahan ini tidak lepas dari sistem sekuler yang diterapkan oleh negara-negara saat ini. Dalam kepemimpinan sekuler, negara hanya berfungsi sebagai regulator dan fasilitator. Alih-alih menjalankan perannya sebagai pelayan rakyat, pemerintah lebih sering menjadi “penjaga” kepentingan korporasi. Contoh nyatanya adalah privatisasi rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.


Negara juga tidak sungguh-sungguh berperan sebagai raa’in (pengurus rakyat) dalam sektor kesehatan. Tanggung jawab untuk menyediakan layanan kesehatan justru diserahkan kepada pihak swasta. Rumah sakit besar dikelola oleh korporasi yang menjadikan pelayanan kesehatan sebagai industri. Akibatnya, rakyat harus membayar mahal untuk bisa mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas.


Kesehatan Menjadi Kebutuhan Dasar yang Harus Dijamin Negara


Dalam Islam, kesehatan adalah kebutuhan dasar publik yang wajib disediakan oleh negara. Sistem Islam menempatkan pemimpin sebagai raa’in yang bertanggung jawab memastikan seluruh kebutuhan rakyat, termasuk layanan kesehatan terpenuhi.


Dalam pandangan Islam, negara tidak boleh lepas tangan dan menyerahkan urusan kesehatan kepada pihak swasta atau korporasi. Negara wajib menyediakan layanan kesehatan yang merata, berkualitas, dan gratis bagi seluruh rakyat tanpa memandang status sosial atau kemampuan finansial mereka.


Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:


"Imam (pemimpin) itu adalah raa’in (pengurus rakyat) dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Bukhari)


Khalifah dalam sistem Islam memegang tanggung jawab penuh untuk menjamin kebutuhan dasar ini. Hal ini mencakup pembangunan fasilitas kesehatan di setiap wilayah, penyediaan tenaga kesehatan yang cukup, dan memastikan layanan kesehatan dapat diakses tanpa biaya oleh seluruh rakyat.


Kesehatan pada Masa Kekhilafahan


Sejarah mencatat bagaimana di masa Khilafah berhasil menyediakan layanan kesehatan yang unggul dan merata. Di masa Kekhalifahan Abbasiyah, misalnya terdapat rumah sakit Bimaristan di Baghdad yang menjadi pusat layanan kesehatan terkemuka. Rumah sakit ini tidak hanya memberikan layanan gratis kepada seluruh lapisan masyarakat, tetapi juga menjadi pusat penelitian medis dan pelatihan dokter.


Pada masa Kekhalifahan Umayyah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan memerintahkan pembangunan rumah sakit di berbagai wilayah kekhalifahan untuk memastikan pelayanan kesehatan bisa diakses hingga pelosok. Tenaga kesehatan juga mendapatkan perhatian khusus dengan penyediaan pendidikan kedokteran yang berkualitas dan dukungan penuh dari negara.


Lebih dari itu, layanan kesehatan di masa Khilafah tidak mengenal diskriminasi. Baik muslim maupun nonmuslim mendapatkan perlakuan yang sama dalam mengakses fasilitas kesehatan. Khalifah Umar bin Abdul Aziz bahkan secara khusus mengalokasikan anggaran negara untuk membiayai pengobatan rakyat yang sakit, termasuk orang-orang nonmuslim yang hidup di bawah naungan kekhalifahan.


Saatnya Islam Jadi Solusi Masalah Kesehatan


Kepemimpinan Islam memberikan solusi mendasar bagi problem kesehatan yang saat ini banyak dihadapi oleh negara-negara dengan sistem sekuler. Dalam sistem Islam, anggaran kesehatan tidak berasal dari pajak rakyat atau hasil pinjaman luar negeri, tetapi dari pos pemasukan negara yang halal, seperti pengelolaan sumber daya alam. Kekayaan negara digunakan sepenuhnya untuk melayani kebutuhan rakyat, termasuk dalam bidang kesehatan.


Dengan konsep raa’in, khalifah bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan fasilitas kesehatan yang merata. Negara Islam memastikan bahwa rumah sakit, klinik, dan pusat kesehatan dibangun di setiap wilayah, termasuk daerah terpencil. Khalifah juga melakukan pengadaan tenaga kesehatan yang memadai.


Dalam Islam, layanan kesehatan diberikan secara gratis kepada rakyat. Negara juga terus melakukan inovasi dan riset kesehatan. Negara mendukung penuh penelitian di bidang kesehatan, seperti yang terjadi di masa kejayaan Islam untuk memastikan layanan kesehatan terus berkembang dan memberikan manfaat maksimal bagi rakyat.


Problem kesehatan yang tidak kunjung selesai saat ini menunjukkan kegagalan sistem sekuler dalam mengelola kebutuhan dasar rakyat. Selama kesehatan tetap dipandang sebagai komoditas, rakyat kecil akan terus menjadi korban.


Hanya dalam sistem Islam, kesehatan dipandang sebagai hak dasar yang harus dijamin oleh negara. Dengan sistem Islam, rakyat dapat menikmati layanan kesehatan yang merata, berkualitas, dan gratis. Sejarah Khilafah memberikan bukti nyata bahwa sistem Islam mampu menyediakan layanan kesehatan yang unggul dan melayani seluruh rakyat tanpa diskriminasi.


Saatnya kita merenungkan dan memperjuangkan sistem Islam sebagai solusi atas problem kesehatan yang selama ini menjerat rakyat. Dengan sistem Islam, kesehatan untuk semua bukan lagi sekadar impian, tetapi menjadi kenyataan yang dapat dirasakan oleh seluruh umat manusia. Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan