Natal, Toleransi Yes Apresiasi No!
Tolerasi adalah membiarkan, menghormati, dan menghargai agama lain. Rasulullah saw. ketika di Madinah pun melindungi, baik muslim maupun non muslim.
OPINI
Oleh Rati Suharjo
Pegiat Literasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org-"Untukku agamaku dan untukmu agamamu"
Ayat suci Al Qur'an, surah Al-Kafirun ayat 6 tersebut menjelaskan kepada umat Islam bahwa tolerasi adalah tidak mengikuti ajaran agama orang lain. Hal ini telah diajarkan Rasulullah saw. ketika beliau berdakwah di kota Mekah. Kafir Quraisy mengajak Rasulullah saw. untuk menyembah Latta dan Uzza. Jika Rasulullah saw. mau menyembah Latta dan Uzza, maka kafir Quraisy akan menyembah tuhan yang Rasullah saw. sembah.
Hal itupun ditolak oleh Rasulullah saw.. Penolakan Rasulullah saw. di atas nyatanya saat ini banyak dilanggar oleh umat Islam. Seperti yang dilakukan umat Islam di Dusun Thekelan, Kabupaten Semarang. Demi arti toleransi mereka menunggu jemaah gereja selesai misa Natal untuk menyalami, mengucapkan selamat dan memgucapkan maaf lahir dan batin layaknya umat Islam merayakan hari raya lebaran. (tempo.com, 25/12/2024)
Bukan hanya warga Thekelan, Semarang, Jawa Tengah, ucapan selamat juga sering dilakukan oleh para ustaz, tokoh agama, pejabat negara, dan lainnya. Walikota Surabaya Eci Cahyadi pun menggandeng organisasi masyarakat (Ormas) dan kepolisian untuk mengimbau kepada masyarakat memperkuat keamanan demi menjaga kerukunan umat beragama, agar perayaan Nataru berjalan kondusif.
Menteri Agama Republik Indonsia Nasarudin Umar juga mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga keharmonisan antar umat beragama. Saling mendukung dan menghormati dalam merayakan agamanya.
Seruan toleransi yang dilakukan Menteri Agama dan pejabat lainnya adalah bertentangan dalam Islam. Melihat kondisi masyarakat saat ini yang jauh dari ajaran Islam, seharusnya pemerintah memahamkan ajaran Islam yang sesungguhnya. Apalagi, penduduk negeri ini mayoritas muslim.
Sejatinya pemerintah dapat memberikan contoh tolerasi yang benar bukan memberikan apresiasi terhadap non muslim. Pasalnya dengan memberikan apresiasi terhadap non muslim, secara tidak langsung menganggap agama mereka benar dan secara tidak langsung meyakini bahwa di bulan Desember ini Nabi Isa meninggal di palang salib, meyakini bahwa Nabi Isa dilahirkan di bulan Desember dan meyakini bahwa Nabi Isa adalah anak Allah Swt..
Sayangnya, sekularisme telah kuat mencengkram negeri ini. Melalui pendidikan sekularisme membuat umat Islam tidak paham, bahwa yang dilakukan bertentangan dengan ajaran Rasulullah saw.. Umat Islam paham dengan ibadah ritual, tetapi tidak paham dengan sistem pergaulan, budaya, pendidikan, ideologi, dan lainnya menurut Islam.
Islam adalah agama yang paripurna. Atas dorongan takwa kepada Allah Swt.. Penguasa akan melayani rakyatnya semaksimal mungkin, bahkan hadis Rasullullah saw. menjelaskan
"Imam laksana penggembala kambing, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya." (H.R Bukhari Muslim dan Imam Ahmad)
Penguasa dalam sistem Islam akan melayani dan melindung rakyatnya dari bahaya, baik dari luar ataupun dari dalam. Seperti dalam perkara akidah. Penguasa dalam Islam akan memberikan pembinaan di masyarakat dan kurikulum pendidikan, sehingga akan terlahir generasi dan masyarakat yang faqih fiddin atau paham terhadap agama.
Tolerasi adalah membiarkan, menghormati, dan menghargai agama lain. Rasulullah saw. ketika di Madinah pun melindungi, baik muslim maupun non muslim. Jika saja umat Islam menganggu non muslim dalam ibadah, maka sanksinya adalah di ta'zir. Begitu juga jika ada non muslim menganggu umat Islam, maka sanksinya dibunuh.
Hal ini akan terwujud, jika negara menerapkan Islam kafah dalam Daulah Islamiyah. Sehingga akan terwujud kerukunan hidup beragama secara damai. Di mana hal tersebut telah diajarkan oleh Rasulullah saw.. Ketika menjadi kepala negara di Madinah al Munawarah. Di sana selain penduduk muslim, terdapat agama Yahudi dan Nasrani. Mereka menjalankan agamanya sesuai keyakinannya di bawah naungan Islam.
Wallahualam bisshawwab.
Komentar
Posting Komentar