Ribuan KK tak Teraliri Listrik, Buah Penerapan Sistem yang Salah

 


Hal ini tak lepas dari penerapan kebijakan yang salah. Yakni, demokrasi kapitalisme.

OPINI

Oleh Rati Suharjo

Pegiat Literasi


Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI_Seiring perkembangan teknologi, listrik merupakan kebutuhan primer manusia. Selain sebagai penerangan, listrik menjadi energi dalam kehidupan rumah tangga. Seperti setrika, mesin cuci, kompor listrik, AC, kipas angin, dan lainnya.


Dari abad ke-19 Indonesia telah mengenal listrik. Pada tahun 2022, pemerintah menargetkan semua rakyat Indonesia teraliri listrik. Mirisnya, listrik yang merupakan kebutuhan primer tersebut belumlah dinikmati semua masyarakat. Ini terbukti pada 22.000 KK di wilayah Jawa Barat. Dedi Mulyadi pun menyampaikan jika menang dalam pemilihan gubernur pada 2024, maka akan menargetkan dalam jangka 2 tahun seluruh masyarakat Jawa Barat akan teraliri  listrik semua. (beritasatu.com, 23-11-2024)


Banyak sumber daya alam yang dapat digunakan untuk membangkitkan listrik. Seperti batu bara, gas bumi, minyak bumi, air, uap, matahari, angin, dan lainnya. Berbagai sumber daya alam tersebut di negeri ini melimpah ruah. Di antaranya batu bara, jumlah batu bara di negeri ini mencapai 35 miliar ton dan dengan jumlah tersebut Indonesia mendapat peringkat ke-7 tingkat dunia. Karena sangat banyaknya sumberdaya alam tersebut, jika dikelola dengan baik maka dapat digunakan  hingga 200-500 tahun ke depan. Belum lagi unsur kimia yang dapat digunakan untuk nuklir. Indonesia juga sangat melimpah ruah, jumlahnya yaitu 81.090–90.000 ton dan masih banyak yang lain.


Jawa Barat juga kekayaannya melimpah ruah. Seperti pembangkit listrik yang sumber energinya dari panas bumi. Terdapat beberapa aset panas bumi di Jawa Barat, di antaranya Gunung Salak (Sukabumi dan Bogor), Darajat (Garut), dan Wayang Windu (Kabupaten Bandung). Namun, mengapa terdapat 22000 KK di Jawa Barat tidak teraliri listrik?


Hal ini tak lepas dari penerapan kebijakan yang salah. Yakni, demokrasi kapitalisme. Demokrasi kapitalisme memberikan peluang pada kapitalis asing dan domistik untuk menguasai sumber daya alam . Salah satunya UU migas dan minerba. Dalam UU ini terdapat kebijakan di mana setiap individu yang memiliki modal, bebas berinvestasi di negeri ini, baik itu rakyatnya sendiri maupun orang asing.


Akibat kapitalisasi tersebut, membuat kehidupan rakyat kian menderita. Watak kapitalisme adalah mencari untung sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan modal sedikit-dikitnya. 


Sementara pemerintah yang kewajibannya melayani rakyat, justru berulang kali menaikkan tarif daya listrik, dengan alasan pasokan bahan baku menipis. Akibatnya korporasi yang telah menguasai 80% sumber daya alam sebagian dari mereka menyuplai bahan baku tersebut. Jelas, kebijakan pengelolaan sumber energi ini salah. Pasalnya, hanya akan memberikan keuntungan pada kapitalis bukan kepada rakyat.


Islam punya solusi untuk memecahkan permasalahan ini. Salah satunya dengan menerapkan hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Abu Dawud.


"Manusia berserikat dalam tiga hal, api, rumput, dan air." (HR. Abu Dawud)


Hadis di atas tidak dapat terealisasikan dalam kehidupan saat ini. Pasalnya, dalam kapitalisme individu bebas memiliki harta kepemilikan dengan tidak memandang apakah aset tersebut milik rakyat atau milik negara.


Berbeda ketika Islam diterapkan dalam sebuah negara. Dalam Islam harta kepemilikan terbagi menjadi tiga yakni:

• Harta milik individu. Harta ini meliputi warisan, gaji, uang hasil perdagangan, pertanian, pemberian harta negara kepada rakyatnya seperti pemberian tanah yang belum dimiliki orang lain; harta hibah; sedekah; dan hadiah.


• Harta milik negara seperti: ganimah (rampasan perang), jizyah (pajak untuk orang kafir), kharaj, pajak, harta orang-orang murtad, harta orang yang tidak ada ahli waris dan lainnya.


• Harta milik umat adalah segala sesuatu yang menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat, yakni sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat, dan akan menyebabkan persengketaan tatkala ia lenyap, seperti air, padang rumput, dan api.


Harta milik umat tersebut baik sumber daya alam di laut maupun di daratan adalah milik rakyat, baik muslim maupun nonmuslim. Melalui negara sumberdaya alam tersebut dikelola kemudian hasil pengelolaan tersebut dikembalikan kepada rakyat. Salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah listrik. Listrik bisa dinikmati secara gratis oleh rakyatnya karena dikelola oleh negara Islam sehingga hanya sekadar membayar tenaga atau karyawan saja.


Hal ini dilakukan oleh khalifah semata-mata hanya mencari keridaan Allah Swt. sebagai pelayan umat. Dimana Rasulullah saw. bersabda,


"Imam laksana penggembala kambing, ia harus bertanggung jawab terhadap gembalaannya." (HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad)


Hadis ini yang menjadikan landasan bagi setiap khalifah yang menyerahkan pikiran dan tenaganya semata-mata hanya untuk umat sehingga pelayanan seperti listrik yang tidak merata saat ini, mustahil terjadi dalam Daulah Islamiyah.


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan