Kemuliaan Perempuan dalam Sistem Demokrasi Dipertaruhkan
Hanya dengan penerapan Islam secara kafah maka kesejahteraan, kemuliaan, dan keamanan perempuan bisa terpelihara.
OPINI
Oleh Tinah Asri
Pegiat Literasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI-Malang betul nasib gadis penyandang disabilitas tunarungu yang bekerja di salah satu tempat wisata kuliner di Kota Bandung. N (23 tahun) telah menjadi korban pemerkosaan yang diduga dilakukan oleh 12 orang laki-laki. Kasus ini masih ditangani oleh pihak kepolisian Polda Jawa Barat dan berharap semua pelaku segera tertangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Kepala Bidang Humas Polda Jabar, Komisaris Besar Jules Abraham Abast mengatakan bahwa laporan sudah diterima dan pihaknya akan berupaya mengungkap siapa saja pelakunya.
"Masih lidik, nanti kalau ada perkembangan akan kami sampaikan informasinya." (DetikJabar.com, 03-01-2025)
Kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak sering kali terjadi. Bahkan seorang turis wanita, Joana, asal Singapura pun mengalami pelecehan seksual di JL Braga saat menikmati suasana pergantian tahun baru di Kota Bandung. Meski kasus tidak dilanjutkan setelah ketiga pelaku meminta maaf, tetapi hal ini menunjukkan bahwa jaminan keamanan dan kenyamanan bagi perempuan di negara yang menerapkan kapitalisme-liberalisme tidak mudah didapatkan.
Kesejahteraan Hanya Ilusi dalam Sistem Demokrasi
Tanpa disadari, kapitalisme demokrasi justru menyuburkan tindakan kekerasan terhadap perempuan itu sendiri. Tuntutan sejahtera dan mulia yang diperjuangkan oleh para aktivis dan pegiat hak-hak perempuan nyatanya sampai hari ini belum juga terealisasi. Padahal, berbagai program dan organisasi untuk perempuan seperti PKK, Dharma Wanita, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) telah didirikan. Undang-undang khusus perempuan pun telah disahkan seperti UU KDRT, UU Perlindungan Anak, UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), dan lain-lain. Semua itu tidak serta-merta bisa memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan bagi perempuan.
Isu kesetaraan gender yang digaungkan oleh Barat malah disinyalir menjadi alat ekploitasi perempuan. Atas nama kebebasan berorganisasi, berekspresi, dan berkarier, perempuan dituntut produktif dan lebih berdaya guna. Bukan hanya sebagai penopang ekonomi keluarga, tetapi perempuan juga dipaksa untuk mampu menjadi penggerak ekonomi, sosial, dan budaya demi terwujudnya kesejahteraan di masyarakat. Akibatnya, perempuan harus bekerja di luar rumah, ada yang jadi buruh, karyawan kantor, pelayan toko, dan sebagainya. Parahnya lagi, banyak perempuan rela bekerja jadi TKW ke luar negeri, alasannya demi membantu suami. Padahal, tugas mencari nafkah itu ada di pundak seorang suami, bukan istri. Hal ini diperintahkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang tertulis di dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 233,
"... Dan kewajiban ayah menanggung nafkah mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kemampuannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya ...."
Islam Memuliakan Perempuan
Sebagai agama yang sempurna, Islam telah memberikan tuntunan terkait tugas dan tanggung jawab, baik laki-laki maupun perempuan. Keduanya mempunyai peran berbeda. Laki-laki diciptakan dengan fisik yang kuat, tegas, sehingga mampu melindungi serta memberikan rasa nyaman terhadap perempuan, bukan untuk menindas apalagi melecehkannya. Seorang laki-laki dituntut bisa mengambil keputusan dengan tepat dan cepat, saat dihadapkan pada situasi sulit. Inilah salah satu fungsi dan tugas seorang laki-laki, yakni sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga sekaligus bertanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarganya.
Sementara itu, perempuan secara fitrahnya lebih suka beraktivitas di rumah, bukan mengambil alih peran suami untuk mencari nafkah. Dengan kesabaran dan kelembutannya, perempuan mampu menjalankan fungsinya menjadi seorang ibu. Dialah orang yang bertanggung jawab terhadap tumbuh dan berkembangnya anak, baik fisik maupun mentalnya. Seorang ibu adalah madrasattul ula, tempat belajar pertama kalinya bagi anak-anak. Oleh karena itu, seorang ibu harus selalu bisa menjadi contoh, menghiasi dirinya dengan akhlak mulia.
Namun sangat disayangkan, hal itu tidak bisa terwujud selama negara ini masih menerapkan sistem demokrasi kapitalis. Oleh karena itu, harus ada upaya dari kaum muslim untuk menegakkan kembali negara Khilafah. Negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah. Hanya Islam satu-satunya agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Keduanya mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kodrat penciptaannya. Hanya dengan penerapan Islam secara kafah maka kesejahteraan, kemuliaan, dan keamanan perempuan bisa terpelihara.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar