Akhir Jeda Sebuah Keteguhan
CERPEN
Oleh : Raa Tyas Putri
Mahasisiwi Ilmu Hukum Universitas Terbuka Makassar, penulis di platform online, pegiat literasi.
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Hujan turun rintik, menyiram bumi dengan lembut. Namun, hati Aisyah seperti diterjang badai. Ia duduk di pojok ruang tamu, menatap foto pernikahannya dengan Reyhan yang terbingkai di meja kayu. Hari-hari yang dulu penuh kebahagiaan dan harapan kini terasa seperti bayangan yang memudar.
Reyhan, suaminya, yang dulu ia anggap sebagai pilar hidup, kini menjadi sumber luka yang tak terhingga. Ia baru saja menemukan bukti pengkhianatan yang tak bisa ia tutupi lagi, pesan-pesan mesra antara Reyhan dan seorang wanita yang bukan dirinya. Wajah Reyhan yang selalu ia cintai kini terasa asing, penuh dengan kebohongan yang merobek-robek kepercayaan yang telah lama ia bangun.
"Haruskah aku tetap bertahan?" batinnya.
*
Sejak rumah tangganya mulai goyah, Aisyah mulai aktif mengikuti kajian. Ia mencari ketenangan dalam firman Allah, berharap mendapatkan jawaban yang jelas atas kegalauannya.
Hari itu, ia datang ke rumah Ustazah Halimah dengan hati yang berat. Begitu sampai, ia disambut dengan senyuman hangat.
"Silakan masuk, Aisyah. Ada apa?" tanya Ustazah Halimah lembut.
Aisyah menghela napas panjang sebelum menceritakan semuanya. Tentang Reyhan, tentang perselingkuhan yang ia ketahui, dan tentang kebingungan dalam hatinya.
Ustazah Halimah mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, ia berbicara dengan lembut, tapi tegas.
"Aisyah, pernikahan adalah ibadah, bukan sekadar ikatan duniawi. Dalam Islam, rumah tangga dibangun atas dasar sakinah, mawaddah, wa rahmah. Jika salah satu dari tiga hal itu hilang, kita harus mengevaluasi, apakah masih ada jalan untuk memperbaiki?"
Aisyah menunduk. Ia ingin mempertahankan rumah tangganya, tetapi hatinya terasa remuk.
"Kamu sudah berusaha bersabar. Itu adalah sesuatu yang sangat Allah cintai. Namun, sabar bukan berarti membiarkan diri terus-menerus disakiti. Dalam Islam, pernikahan adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan malah menjauhkan kita dari-Nya."
Ustazah Halimah mengutip sebuah ayat, "Dan janganlah kamu mempertahankan (pernikahan dengan) para istri yang membahayakan, agar kamu tidak berbuat sewenang-wenang." (QS. Al-Baqarah: 231).
"Aisyah, perceraian memang hal yang diperbolehkan, tapi dibenci Allah, tetapi ada kondisi-kondisi di mana itu menjadi solusi terbaik. Jika suamimu tidak menunjukkan tanda-tanda taubat dan perbaikan, kamu harus bertanya pada dirimu sendiri, apakah bertahan dengannya akan membuatmu lebih dekat dengan Allah atau justru semakin menderita?"
Aisyah terdiam. Ia telah mencoba segalanya untuk sabar menasihati Reyhan, bahkan menutup mata terhadap kesalahan-kesalahannya. Namun, luka itu semakin dalam.
"Ustazah, bagaimana dengan anak-anak saya?" tanyanya lirih.
"Anak-anak membutuhkan ibu yang sehat secara mental dan spiritual. Jika kamu tetap dalam hubungan yang membuatmu hancur, bagaimana kamu bisa menjadi ibu yang baik untuk mereka?"
Aisyah menahan isaknya.
"Salat istikharah-lah, Aisyah. Mohon petunjuk Allah. Jika hatimu merasa semakin mantap untuk berpisah demi menjaga dirimu sendiri, maka itu adalah pilihan yang Allah tunjukkan. Ingatlah, perpisahan bukan berarti kegagalan, tetapi bisa menjadi awal baru menuju kehidupan yang lebih baik."
*
Beberapa hari setelah itu, Aisyah akhirnya mengambil keputusan. Setelah beristikharah dan merenung dalam-dalam, ia menyadari bahwa bertahan hanya akan semakin melukai dirinya.
Suatu malam, setelah Reyhan pulang dari kerja, Aisyah berbicara dengan suara tenang.
"Reyhan, aku sudah cukup lama menahan semua ini. Aku tahu tentang perselingkuhanmu."
Reyhan menatapnya dengan wajah bersalah. "Aisyah, aku menyesal. Aku bisa berubah."
"Kamu sudah memberi terlalu banyak luka. Aku memaafkan mu, Reyhan, tapi aku tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian. Aku memilih untuk berpisah."
Reyhan terdiam. Ia tahu, kali ini Aisyah benar-benar tegas.
*
Beberapa minggu setelah perpisahan, Aisyah mulai menemukan ketenangan. Ia mendekatkan diri kepada Allah lebih dari sebelumnya. Ia menyadari bahwa cinta sejati adalah cinta yang membawa seseorang lebih dekat kepada-Nya.
Perpisahan itu bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih sehat dan penuh harapan. Aisyah yakin, Allah selalu punya rencana terbaik untuk hamba-Nya. Ia siap menanti dengan sabar, apa pun yang akan datang.
Alhamdulillah keren mbak
BalasHapus