Tawuran, Film Berseri Tanpa Akhir yang Kian Tragis
Remaja selain memiliki potensi yang luar biasa, mereka juga merupakan agen of change (agen perubahan).
Oleh Isna Anafiah
Aktivis Muslimah
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Kasus tawuran pelajar terus berulang, layaknya film berseri tanpa akhir yang jelas. Jika dibayangkan, seperti sebuah serial yang isinya hanya konflik tanpa penyelesaian. Setiap episodenya dimulai dengan alasan yang sama dendam lama, provokasi atau hanya ikut-ikutan tanpa alasan yang jelas. Dan alur ceritanya juga monoton, pertemuan, baku hantam dan berakhir luka-luka hingga nyawa melayang.
Walaupun tawuran merupakan perang tanpa dentuman bom, namun dampaknya mengerikan dan menghancurkan, nyawa melayang dan menghancurkan masa depan. Seolah menjadi potret kelam generasi muda yang kehilangan arah. Alih-alih membangun masa depan dengan pendidikan dan prestasi, generasi muda justru terjerumus dalam lingkaran kekerasan yang merusak diri sendiri dan lingkungan sekitar. Fenomena ini tidak hanya melahirkan generasi preman, tetapi juga menciptakan warisan sosial yang penuh konflik dan kehancuran.
Polsek Cikarang Utara menangkap belasan remaja yang diduga hendak melakukan tawuran. Polsek Cikarang Utara pun memanggil dan mengumpulkan orang tua remaja tersebut. Kemudian belasan remaja tersebut menangis dan menyesali perbuatannya dengan meminta maaf kepada orang tuanya. (Bekasi.inews.id 27/01/2025)
Kejadian serupa pun terulang kembali layaknya misteri, polisi berhasil menangkap empat remaja yang melakukan aksi tawuran yang menewaskan salah satu remaja di Jalan Pebayuran-Sukatani, Kabupaten Bekasi. Mirisnya aksi tawuran yang mereka lakukan hanya untuk sebuah konten. Selain itu mereka juga sering melakukan aksi tawuran dengan live di tiktok dan platform media sosial lainnya agar mereka dikatakan generasi hebat. Di TKP, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa tongkat malaikat yang dibawa pelaku tawuran. (News.detik.com 31/01/2025)
Tawuran remaja yang terus berulang menunjukkan adanya problem besar pada generasi muda, khususnya pelajar di negeri ini. Sayangnya pemerintah tidak mampu memberikan solusi tuntas. Sehingga hilangnya nyawa pada saat terjadi tawuran menjadi hal biasa, padahal itu bukanlah masalah yang wajar dan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Masalah tawuran bukanlah sebuah kenakalan remaja, melainkan tindakan kriminal.
Mereka melakukan aksinya bukanlah spontanitas. Namun sudah terencana bahkan mereka memiliki alat pamungkas seperti tongkat malaikat yang terbuat dari besi yang dipipihkan, samurai, celurit dan sebagainya. Sistem sekuler yang telah memisahkan agama dari kehidupan menjadi menyebab remaja tidak memiliki standar perbuatan baik dan buruk. Sehingga banyak remaja yang mengalami krisis akhlak dan identitas. Sekuler liberal telah merajai pola pikir mereka. Sehingga mereka menjalani kehidupan hanya untuk mengejar materi dan kesenangan dunia serta menyalurkan emosi melalui tawuran.
Saat ini banyak orang tua yang tidak memiliki kemampuan untuk mendidik anak, pada akhirnya mereka menjadikan sekolah atau pesantren sebagai solusi dan tempat terbaik untuk mendidik anaknya. Harapannya bahwa anak yang telah disekolahkan atau masuk pesantren akan tumbuh menjadi anak yang cerdas dan memiliki kepribadian yang positif atau tumbuh menjadi saleh dan salihah.
Orang tua harusnya menyadari bahwa sekolah atau pesantren bukanlah laundry. Jika menginginkan anak memiliki karakter positif sudah selayaknya orang tua memantaskan dirinya, karena anak merupakan cerminan orang tua. Orang tua harus mampu memberikan perhatian dan teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Sebab pendidikan pertama dan utama berasal dari orang tua yang mendidik dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Untuk itu orang tua jangan selalu menuntut anaknya menjadi baik, akan tetapi orang tua juga wajib belajar agar memiliki ilmu atau bekal untuk menjalankan fungsinya sebagai suami atau istri dan orang tua. Tidak mungkin anak terjerumus dalam tindakan kriminal atau pergaulan bebas jika orang tua mampu menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindakan kriminal di antaranya adalah:
1. Fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik terutama peran ibu sebagai madrasah pertama bagi anak. Buruknya pendidikan anak di rumah akan menjadi beban sekolah serta menambah persoalan di tengah masyarakat, akhirnya remaja menjadi pelaku tawuran, seks bebas, narkoba dan lain-lain.
2. Lingkungan pergaulan yang tidak sehat. Memandang tawuran merupakan aktivitas yang keren sehingga mendorong remaja untuk melakukan tawuran. Konten-konten di platform media sosial yang tidak mendidik dan tidak adanya kontrol dari negara dapat merusak akhlak seperti konten pornografi dan kekerasan.
3. Kontrol masyarakat (social control) berperan penting dalam mencegah dan menangani tawuran. Kontrol ini ada dua jenis, formal dan informal. Kontrol formal dilakukan oleh lembaga resmi seperti polisi, sekolah, dan pemerintah. Sedangkan informal adalah kontrol yang dilakukan oleh keluarga, teman dan tetangga sekitar. Kedua kontrol tersebut harus bisa berjalan beriringan dalam mencegah dan menangani tawuran sehingga membuahkan hasil yang signifikan. Sistem sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) telah menyebabkan masyarakat kurang empati dan kepedulian sosialnya kurang.
4. Sanksi yang diberikan kepada para pelaku tawuran tidak tegas dan tidak memberikan efek jera sehingga tawuran pun terus berulang layaknya film berseri
5. Sistem pendidikan sekuler liberal telah membuat institusi pendidikan tidak mampu menangani tawuran remaja, dengan alasan karena tawuran tidak terjadi di lingkungan sekolah, melainkan di luar sekolah. Akhirnya pihak sekolah berlepas tangan dari masalah tawuran yang dilakukan muridnya. Sistem pendidikan sekuler tidak mampu melahirkan generasi beriman dan bertaqwa melainkan generasi preman. Sehingga remaja tumbuh menjadi generasi cemas bukan generasi emas. Fungsi agama dalam sistem pendidikan sekarang diabaikan, pada akhirnya remaja jauh dari fitrah yang sesungguhnya, remaja akan kehilangan kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, serta akan mengalami krisis identitas karena tidak memiliki keimanan yang kuat dan ketaqwaan kepada Allah.
Sekularisme yang telah merajai pola pikir remaja harus disingkirkan. Karena yang mampu menjadi rem atau kontrol bagi remaja saat melakukan aktivitas hanyalah iman dan ketaqwaannya. Jika remaja keimanannya kuat, mereka akan memiliki rasa takut kepada Allah Swt.. Merasa kalau Allah Swt. dan malaikat selalu mengawasinya. Persoalan tawuran ini merupakan masalah sistemis, seharusnya ada penyelesaian yang komprehensif dan menyeluruh dari pemerintah.
Remaja selain memiliki potensi yang luar biasa, mereka juga merupakan agen of change (agen perubahan). selain memiliki potensi yang luar biasa, mereka juga merupakan agen of change (agen perubahan). Sebab mereka memiliki beberapa faktor kunci perubahan, antara lain:
1. Mental yang kuat
Remaja cenderung memiliki idealisme yang tinggi, semangat juang, serta keberanian untuk menentang ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan, mereka memiliki pola pikir yang fleksibel dan terbuka dengan ide-ide baru.
2. Fisik yang kuat
Secara biologis, remaja berada dalam puncak energi dan kekuatan fisik, membuat mereka lebih tahan menghadapi tantangan fisik untuk menjadi individu yang kuat secara fisik dan siap mengambil peran, untuk kemajuan umat.
3. Mental yang kuat
Pemuda memiliki ketahanan psikologis yang tidak mudah menyerah terhadap hambatan dalam memperjuangkan sesuatu yang mereka yakini kebenarannya, seperti siap memikul dan menerima tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka sehingga pemuda senantiasa agresif, dinamis, inovatif, dan progresif.
4. Sosial
Remaja memiliki jaringan sosial yang luas, dan kemampuan untuk membangun solidaritas dengan sesama. Mereka aktif dalam komunitas, media sosial, serta berbagai organisasi yang memungkinkan mereka menyebarkan ide-ide perubahan dengan cepat dan luas.
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa tidak ada kebangkitan tanpa kontribusi pemuda dalam perjuangan. Walaupun saat ini pemuda sedang dilanda permasalahan yang serius seperti tawuran yang terus berulang tanpa akhir yang kian tragis, namun masih banyak pemuda yang memegang idealisme agama. Mereka adalah pemuda Islam yang senantiasa melaksanakan perintah Allah Swt. di tengah arus globalisasi, semua perbuatannya selalu terikat dengan syariat Islam.
Ketika syariat Islam diterapkan secara sempurna dalam suatu negara, remaja akan mendedikasikan hidupnya untuk taat dan bertaqwa kepada Allah Swt.. Oleh karena itu, generasi terdahulu senantiasa hidup dalam ketaatan dan ketaqwaan karena kepatuhan mereka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Rasulullah saw. bersabda:
يعجب ربك من شاب ليست له صبوة
"Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah (kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran)." (HR.Ahmad,Thabrani, dan Baihaqi)
Hadis tersebut mengajarkan pentingnya menjaga keimanan dan ketaqwaan sejak usia muda, karena masa muda adalah fase yang penuh potensi dan tantangan. Umat harus sadar bahwa generasi muda saat ini mengalami krisis adab, sebagai hasil dari penerapan sistem pendidikan berasaskan sekularisme.
Guna menyelamatkan generasi muda dari kekerasan, kriminal, tawuran, pergaulan bebas, krisis adab dan narkoba, pemerintah harus meninggalkan sistem sekuler dan mengambil syariat Islam sebagai sistem yang mengatur semua urusan manusia termasuk masalah remaja. Hanya syariat Islam yang diterapkan secara sempurna dalam level negara yang akan memberikan kebaikan bagi negeri ini dan akan menyelamatkan generasi muda.
Wallahualam bisshawwab.
Komentar
Posting Komentar