Mengakhiri Serangan Zionis terhadap Palestina


OPINI

Pembebasan Palestina harus dilakukan dengan jihad fisabilillah. Hanya dengan kekuatan militer dari negeri-negeri muslim, Isr4el bisa dikalahkan dan Palestina dapat kembali ke tangan umat Islam. 

Oleh Neni Susilawati

Aktivis Muslimah


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Serangan udara yang menandai berakhirnya gencatan senjata di Gaza menandai eskalasi besar dalam konflik Isr4el-Palestina. Perdana Menteri Isr4el Benyamin Netanyahu menperingatkan bahwa serangan ini "baru permulaan" dan akan berlanjut hingga Isr4el mencapai tujuan perangnya. Serangan menewaskan lebih dari 400 orang dalam sehari dan menjadi paling berdarah sejak awal perang pada 2023. (CNBCIndonesia.com, 19-03-2025)


Sungguh lelah menyaksikan saudara seakidah masih dalam kondisi peperangan yang semakin brutal. Namun, perhatian masyarakat makin berkurang karena tertutup dengan berbagai persoalan dalam negeri Indonesia sendiri.


Sejarah penjajahan Isr4el terhadap Palestina berakar dari konflik panjang antara dua kelompok, yaitu bangsa Yahudi dan bangsa Arab Palestina, yang dipicu oleh kolonialisme, nasionalisme, serta kepentingan geopolitik. Garis besar sejarahnya adalah: Zionisme (akhir abad ke-19), gerakan nasionalis Yahudi yang ingin mendirikan negara Yahudi di Palestina, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Deklarasi Balfour (1917) yakni Inggris menjanjikan dukungan bagi terbentuknya "tanah air nasional bagi orang Yahudi" di Palestina. Kemudian Mandat Inggris (1920-1948), Inggris menguasai Palestina setelah Perang Dunia I, memungkinkan imigrasi besar-besaran Yahudi ke wilayah tersebut, yang memicu ketegangan dengan penduduk Arab Palestina.


Pada tahun 1947 ada Resolusi PBB, yakni PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi negara Yahudi dan negara Arab. Namun, rencana ini ditolak oleh negara-negara Arab dan Palestina. Kemudian Isr4el memproklamasikan kemerdekaannya pada 14 Mei 1948. Negara-negara Arab menolak dan menyerang Israel, tetapi Isr4el menang dan memperluas wilayahnya. Akibatnya, sekitar 750.000 warga Palestina terusir dari tanah mereka. 


Pada tahun 1967 (perang enam hari), Isr4el merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan. Sejak itu, Isr4el mulai membangun pemukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki. Intifada pertama (1987-1993), terjadi pemberontakan rakyat Palestina melawan pendudukan Isr4el, yang akhirnya melahirkan Kesepakatan Oslo (1993). Intifada kedua (2000-2005), gelombang kekerasan baru akibat kegagalan perundingan damai, diikuti oleh kebijakan Isr4el membangun tembok pemisah di Tepi Barat.


Konflik ini terus berlanjut hingga detik ini, di mana rakyat Palestina mengalami penderitaan akibat blokade, pengusiran paksa, serta agresi militer Isr4el. Perkembangan terkini terkait situasi Palestina di bawah kebijakan Trump adalah usulan relokasi warga Palestina dari Gaza. 


Usulan Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza bertujuan untuk menghilangkan keberadaan rakyat Palestina di wilayah tersebut dan mengubah Gaza menjadi wilayah yang lebih menguntungkan bagi kepentingan Isr4el dan sekutunya, sebab dengan relokasi warga Palestina dari Gaza berarti mengosongkan wilayah tersebut sehingga Isr4el mudah menguasai sepenuhnya tanpa perlawanan.


Dengan menghilangkan populasi Palestina, Isr4el tidak lagi menghadapi ancaman dari kelompok perlawanan di Gaza seperti Hamas. Dengan menghilangkan Palestina dari Gaza, Trump ingin menunjukkan dukungan kuatnya terhadap Isr4el untuk memperoleh dukungan politik dari kelompok pro-Isr4el di AS.


Hal ini dapat meningkatkan hubungan AS dengan negara-negara Arab yang bersekutu dengan Isr4el. Selain itu, Trump mengeklaim bahwa dengan memindahkan warga Palestina ke negara lain, konflik antara Isr4el dan Palestina akan berakhir. Namun, ini dianggap sebagai pembersihan etnis oleh banyak pihak karena menghilangkan hak rakyat Palestina atas tanah mereka sendiri.


Trump juga ingin mengubah Gaza menjadi "Riviera Timur Tengah", sebuah kawasan dianggapwisata dan ekonomi eksklusif yang akan dikendalikan oleh pihak asing. Ini akan menggantikan Gaza yang selama ini sebagai wilayah konflik menjadi daerah yang lebih menguntungkan bagi investor global. 


Palestina dan negara-negara Arab seperti Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab menolak keras usulan ini karena dianggap sebagai upaya pengusiran paksa (genosida) terhadap rakyat Palestina. Banyak pihak melihat ini sebagai bentuk pembersihan etnis dan pelanggaran hak asasi manusia yang bertujuan untuk menghilangkan identitas Palestina dari peta dunia.



Pemerintahan Trump juga mengambil langkah-langkah keras terhadap aktivis pro-Palestina di Amerika Serikat. Seorang mahasiswa Universitas Columbia, Yunseo Chung, yang merupakan penduduk tetap AS, menghadapi ancaman deportasi karena partisipasinya dalam protes pro-Palestina. Seorang hakim federal memutuskan bahwa Chung tidak dapat ditahan oleh pejabat imigrasi saat ia menantang deportasinya. Kasus ini menyoroti upaya pemerintahan Trump untuk menindak pengunjuk rasa asing yang dituduh mendukung Hamas dan antisemitisme. 


Jihad sebagai Satu-satunya Solusi Palestina


Pembebasan Palestina harus dilakukan dengan jihad fisabilillah. Hanya dengan kekuatan militer dari negeri-negeri muslim, Isr4el bisa dikalahkan dan Palestina dapat kembali ke tangan umat Islam. Kelemahan umat Islam saat ini disebabkan oleh tidak adanya pemimpin yang kuat. Khil4fah Islamiyahlah yang akan menyatukan negeri-negeri muslim di bawah satu kepemimpinan sehingga dapat membebaskan Palestina dari penjajahan Isr4el.


Seruan kepada Militer Muslim


Kepada militer di negeri-negeri muslim, terutama di Timur Tengah, seharusnya bersatu dan melawan Isr4el demi membebaskan Palestina. Kekuatan militer muslim cukup besar jika benar-benar digunakan untuk melawan Isr4el.


Selain itu, harus ada partai sahih dalam perjuangan pembebasan Palestina. Perjuangan untuk menegakkan Khil4fah Islamiyah melalui berbagai metode yang sesuai dengan ajaran Islam. Perjuangan dilakukan secara non-kekerasan tetapi tetap bersifat revolusioner, dengan fokus pada perubahan pemikiran dan politik di dunia muslim. 


Kegiatan partai ini harus mendidik dan membina umat (tatsqif) untuk membentuk pemimpin yang siap memperjuangkan Khil4fah. Pembinaan ini bertujuan untuk membangun kesadaran politik Islam di tengah masyarakat. Seluruh kaum muslimin seharusnya menentang intervensi negara-negara Barat dalam urusan politik dunia Islam, termasuk kebijakan AS dan sekutunya yang mendukung Isr4el. PBB dan organisasi internasional lainnya hanyalah sebagai alat penjajahan Barat atas dunia Islam.


Persatuan umat Islam untuk melawan kezaliman, termasuk penjajahan Isr4el atas Palestina, memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an dan hadis. Berikut beberapa dalil yang menegaskan kewajiban kaum muslim bersatu dalam menghadapi musuh bersama di antaranya,


Allah Swt. memerintahkan kaum muslim untuk bersatu dan tidak bercerai-berai,

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."

(QS. Ali Imran: 103)


Dalil ini menegaskan bahwa persatuan adalah kewajiban, terutama dalam menghadapi musuh Islam seperti Isr4el yang menjajah Palestina.


Allah Swt. juga memperingatkan agar umat Islam tidak bersekutu dengan orang-orang yang memusuhi mereka:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpinmu. Mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka..."

(QS. Al-Maidah: 51)


Dalil ini sering digunakan sebagai peringatan agar kaum muslim tidak tunduk pada tekanan atau pengaruh negara-negara yang mendukung Isr4el dalam menindas Palestina.


Rasulullah ﷺ bersabda,

"Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan, kasih sayang, dan kelembutan di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakit dengan demam dan tidak bisa tidur."

(HR. Muslim)


Hadis ini menunjukkan bahwa penderitaan rakyat Palestina adalah penderitaan seluruh umat Islam. Oleh karena itu, membela mereka adalah kewajiban seluruh kaum muslim.


Allah Swt. juga berfirman,

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."

(QS. Al-Baqarah: 190)


Ayat ini menjadi dasar bahwa melawan penjajahan dan penindasan adalah bagian dari jihad fi sabilillah, dengan syarat tetap sesuai dengan aturan Islam.


Rasulullah ﷺ bersabda,

"Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman." 

(HR. Muslim)


Zionisme Isr4el adalah bentuk kezaliman yang nyata sehingga umat Islam tidak boleh diam dan harus melakukan perlawanan sesuai kemampuan, baik dengan aksi nyata, doa, atau dukungan lainnya.


Khatimah


Persatuan umat Islam dalam melawan Isr4el memiliki dasar kuat dalam Al-Qur'an dan hadis. Umat Islam diperintahkan untuk bersatu, tidak tunduk kepada musuh, membela sesama muslim, serta melawan kezaliman dan penjajahan. Oleh karena itu, perjuangan membela Palestina bukan hanya isu kemanusiaan tetapi juga bagian dari kewajiban agama bagi kaum muslim.


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan