Al-Quds dalam Cengkeraman Israel, Umat Islam Wajib Membebaskannya
Al-Quds merupakan tempat yang istimewa bagi umat Islam. Di kota tersebut ada Masjid Al-Aqsa yang merupakan tempat Rasulullah saw. di-mi'rajkan oleh Allah Swt. maka masjid ini pun merupakan masjid yang istimewa setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.
OPINI
Oleh Rati Suharjo
Pegiat Literasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org,Al-Quds adalah tanah suci yang diberkahi Allah Swt. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat suci Al-Qur'an, antara lain, QS. Al-Isra' ayat 1, Al-Maidah ayat 21, Al-Anbiya' ayat 71 dan 81, serta Al-A'raf ayat 131.
Saat ini, konflik kembali meletus setelah Israel menghentikan gencatan senjata yang berlangsung selama dua bulan. Kedamaian yang dirasakan Gaza selama dua bulan itu, kini telah dirampas Israel. Serangan udara Israel di Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025, menewaskan sedikitnya 326 warga Palestina.
Atas restu Donald Trump yang menetapkan Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kota Israel, konflik terus berlanjut. Tak peduli korbannya anak-anak atau ibu-ibu, tujuannya adalah memaksa Gaza mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Al-Quds merupakan tempat yang istimewa bagi umat Islam. Di kota tersebut ada Masjid Al-Aqsa yang merupakan tempat Rasulullah saw. di-mi'rajkan oleh Allah Swt. maka masjid ini pun merupakan masjid yang istimewa setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Keutamaannya antara lain keberadaanya sebagai kiblat pertama umat Islam. Masjid Al-Aqsa adalah bangunan kedua yang diletakkan Allah Swt. di bumi dan merupakan tempat ziarah yang sangat dianjurkan Rasulullah saw.
Pahala ibadah dilipatgandakan di Al-Quds. Salat di sana pahalanya dilipatgandakan 500 kali. Al-Quds juga dikenal sebagai negeri para nabi dan utusan Allah. Masjid Al-Aqsa merupakan titik tolak jamaah haji/umrah, dan merupakan tanah wakaf milik umat Islam.
Sayangnya, Masjid Al-Aqsa hingga kini dikuasai Israel. Sepanjang tahun 2025, Israel membatasi ibadah umat Islam di Masjid Al-Aqsa, mengerahkan personel keamanan untuk menindak tegas pelanggar.
Meskipun Ramadan tahun ini berada dalam masa gencatan senjata, Israel tetap membatasi kebebasan umat Islam beribadah. Jika ada yang melanggar dan memasuki masjid, bentrok antara umat Islam dan Yahudi pun tak terelakkan.
Umat Islam, khususnya warga Palestina, harus meminta izin kepada Israel dan memenuhi syarat ketat untuk memasuki Masjid Al-Aqsa. Jumlah jemaah dibatasi maksimal 10.000 orang, padahal kapasitas masjid tersebut mencapai ratusan ribu orang. Jemaah yang masuk pun dibatasi umurnya, yaitu laki-laki di atas 55 tahun dan perempuan di atas 50 tahun, dengan alasan keamanan. Ribuan polisi Israel dikerahkan untuk menjaga Masjid Al-Aqsa. (sindonews.com, 4-3-2025)
Realita ini menunjukkan bahwa rakyat Palestina dan Al-Quds berada di bawah kekuasaan Israel. Sayangnya, kenyataan ini tidak menyentuh hati keimanan para penguasa muslim untuk membebaskannya. Lebih dari itu, beramal di bulan Ramadan yang pahalanya dilipatgandakan.
Rasulullah saw. telah melakukan perang melawan orang kafir Quraisy, yakni Perang Badar di bulan Ramadan, tepatnya pada tanggal 17 Ramadan. Pada waktu itu pasukan Rasulullah saw. berjumlah 300 orang, sedangkan pasukan kafir Quraisy 1.300 orang. Namun, atas izin Allah Swt., kemenangan pun diperoleh umat Islam.
Peristiwa ini seharusnya menjadi contoh bagi umat Islam untuk melawan Israel. Sayangnya, umat Islam terpecah-pecah dan disekat nasionalisme yang akhirnya melahirkan pemimpin Muslim yang cenderung diam. Bahkan, beberapa di antaranya bersekutu dengan Zionis Yahudi karena hubungan kerja sama dengan Amerika Serikat.
Ketidakpedulian umat Islam membuat Amerika Serikat makin berani dan menunjukkan dominasinya. Seperti yang disampaikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa waktu lalu, bahwa Gaza akan dibuat seperti neraka.
Umat Islam harus menyadari bahwa peperangan di Palestina bukan hanya urusan Palestina, melainkan urusan seluruh umat Islam. Hadis Rasulullah saw., "Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta, mencintai, sayang menyayangi, dan bahu membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga., dengan tidak bisa tidur dan demam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengingatkan umat Islam, terutama para pemimpin muslim yang berkuasa, bahwa pembebasan Gaza memerlukan pengerahan kekuatan militer. Kecaman, bantuan logistik, dan doa saja tidak cukup.
Namun, pemimpin yang dimaksud bukanlah presiden atau raja, melainkan seorang pemimpin umat Islam sedunia, yaitu khalifah. Permasalahan di Gaza adalah persoalan politik yang membutuhkan solusi politik, dan Allah Swt. telah memberikan solusinya, yaitu kembali menerapkan sistem Khilafah. Dengan demikian, akan muncul pemimpin seperti Umar bin Khattab atau Salahuddin Al-Ayyubi yang mampu membebaskan Palestina untuk umat Islam.
Seperti inilah peran pemimpin dalam Islam sehingga ikatan nasionalisme dan sukuisme benar-benar lepas dari dada kaum muslim. Rasulullah saw. telah mengingatkan agar kaum muslim meninggalkan nasionalisme, sebagaimana Rasulullah saw. melarang sukuisme dalam segala bentuknya. Begitu pun Rasulullah saw. memerintahkan kaum muslim untuk bersatu dalam satu sistem politik, yakni Khilafah.
Khalifah atau penguasa muslim akan menjaga keamanan umat Islam di seluruh dunia ini, baik dari cengkeraman Israel dan penjajah yang lain sehingga umat Islam akan kembali tenang dalam melakukan aktivitas dan ibadahnya. Sistem kekhalifahan ini tidak akan terwujud jika ada negara yang menerapkan demokrasi. Pasalnya, pemerintahan demokrasi meletakkan kedaulatan di tangan manusia, bukan di tangan Allah. Artinya, manusialah yang membuat aturan untuk diterapkan dalam kehidupan.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar