Idulfitri Di Palestina Serangan Israel Membabibuta

 


Dalam sejarah Islam, khilafah merupakan sistem pemerintahan yang menyatukan umat muslim di bawah satu kepemimpinan yang berlandaskan syariat Islam.


OPINI 


Oleh Rai Nurhikmah 


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Kebahagiaan itu saat Idulfitri tiba bisa berkumpul bersama, makan dengan dengan hidangan istimewa tapi tidak dengan saudara kita di Palestina. 

Di saat umat muslim di seluruh dunia merayakan Idulfitri 1446 H sebagai penanda berakhirnya bulan Ramadan. Di tengah kondisi yang penuh tantangan warga Palestina juga turut merayakan Idulfitri pada 30 Maret 2025 berdasarkan pengumuman Mufti Besar Palestina, Syaikh Muhammad Hussein (Tempo.co, 30/03/2025).

Berbeda dengan umat Islam di berbagai belahan dunia yang merayakan Idulfitri dengan penuh kebahagiaan, muslim di Palestina justru mendapat serangan dari militer Israel pada pagi hari Idulfitri ini. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di Gaza, termasuk lima anak-anak. Serangan Israel ini terjadi serentak di Kamp Pengungsi Khan Younis di Gaza Selatan, Kota Gaza, dan Kamp Pengungsi Jabalia di Gaza Utara. Serangan ini terjadi saat warga Palestina di Gaza menggelar salat Id untuk menandai akhir bulan suci Ramadan (Tempo.co, 30/03/2025).


Eskalasi Kekerasan di Gaza.

Serangan militer Israel terhadap warga Palestina, terutama saat Idulfitri menunjukkan bahwa konflik di Gaza masih jauh dari penyelesaian. Serangan ini tidak hanya menambah korban jiwa, tetapi juga memperdalam trauma bagi masyarakat yang telah lama hidup dalam kekerasan.

Statistik menunjukkan bahwa dalam 535 hari terakhir, seorang anak Palestina terbunuh setiap 45 menit. Hal ini mencerminkan tingkat kekerasan yang sangat tinggi dan dapat dikategorikan sebagai krisis kemanusiaan.


Pelanggaran Gencatan Senjata dan Implikasi Geopolitik.

Pelanggaran gencatan senjata oleh Israel terhadap Palestina menunjukkan bahwa upaya diplomasi untuk mengakhiri konflik masih belum efektif. Salah satu alasan utama mengapa Palestina terus mengalami penderitaan adalah fragmentasi politik dan kelemahan dunia Islam dalam menghadapi agresi Israel. Seperti yang kita lihat saat ini, bahkan negara-negara Arab tidak mampu mengakhiri kekejaman ini. Banyak negara muslim yang terpecah secara politik, ideologi, dan kepentingan nasional. Tidak ada kesatuan visi dan aksi yang kuat untuk membela Palestina. Beberapa negara muslim hanya mengandalkan diplomasi tanpa strategi nyata atau tekanan politik yang kuat, sering kali aksi hanya terbatas pada kecaman tanpa adanya tindakan konkret. Sedangkan di sisi lain Israel didukung secara militer, ekonomi dan politik oleh kekuatan besar dunia, terutama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Banyak pula negara muslim yang memiliki hubungan ekonomi, militer dan politik yang kuat dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat.

Ketergantungan ini membuat banyak negara muslim bersikap hati-hati atau bahkan pasif dalam mendukung perjuangan Palestina.

Saat ini, tidak ada satu pun negara muslim atau tokoh yang benar-benar menjadi pemimpin umat Islam secara global dalam memperjuangkan Palestina. Ketiadaan Khilafah, yaitu bentuk kepemimpinan Islam yang menyatukan umat, merupakan salah satu penghalang perjuangan pembebasan Palestina.


Khilafah sebagai Solusi Historis: Persatuan Umat Islam.

Dalam sejarah Islam, khilafah merupakan sistem pemerintahan yang menyatukan umat muslim di bawah satu kepemimpinan yang berlandaskan syariat Islam. Selama berabad-abad, wilayah Palestina berada di bawah pemerintahan Islam, termasuk wilayah di bawah Khilafah Utsmaniyah, hingga akhirnya jatuh ke tangan Inggris setelah Perang Dunia I.

Sejarah mencatat bahwa di bawah kekuasaan Islam, berbagai komunitas, termasuk muslim, kristen, dan yahudi, hidup berdampingan dalam kondisi yang stabil dibandingkan era modern pasca penjajahan dan pembagian wilayah oleh kekuatan asing.

Dengan sistem khilafah, negara-negara muslim tidak terpecah oleh batasan nasionalisme, tetapi akan bersatu dalam satu pemerintahan Islam yang kuat. Jelas bahwa hal ini sangat dibutuhkan demi tercapainya kemerdekaan bagi rakyat Palestina serta mengakhiri kesengsaraan yang terus mereka alami akibat serangan-serangan Israel. Persatuan ini dapat memperkuat kekuatan politik dan militer dunia Islam untuk melindungi Palestina dari agresi.

Dalam sistem khilafah, tanah Palestina merupakan tanah umat Islam yang tidak boleh diserahkan kepada pihak lain. Oleh karena itu, solusi utama dalam sistem ini adalah pembebasan Palestina secara menyeluruh dari pendudukan Israel, yang dapat dicapai melalui:

1. Jihad fi sabilillah sebagai bentuk pertahanan dan perjuangan membebaskan tanah Palestina. Umat muslim di seluruh penjuru dunia memiliki kewajiban untuk membebaskan dan memperjuangkan tanah Palestina, untuk itu perlu adanya sistem khilafah untuk mempersatukan umat dan sebagai jalan untuk umat bisa bergerak lebih jauh.

2. Mobilisasi militer dunia Islam. Saat ini banyak negara muslim yang memiliki hubungan militer dengan negara Eropa khususnya Amerika Serikat, sehingga memperpendek langkah untuk mengoptimalkan kekuatan militer nya untuk membela Palestina, jika sistem Islam tegak, tentu negara-negara muslim akan bersatu dan tidak akan terpisah oleh batasan nasionalisme, dan militer negara Islam yang jika bersatu, akan jauh lebih unggul dibandingkan kekuatan militer Israel. 

3. Diplomasi berbasis kekuatan, bukan negosiasi yang merugikan umat Islam seperti yang terjadi dalam berbagai perjanjian damai yang selalu menguntungkan Israel.

Dengan diterapkannya sistem khilafah, hukum Islam akan ditegakkan, yang menjamin hak-hak setiap warga negara Muslim dalam sistem yang adil.

 Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan