Bukan Pengungsian, tapi Pembebasan Palestina OPINI



 Mengungsikan rakyat Gaza ke Indonesia atau ke manapun bukanlah jawaban atas persoalan utama penjajahan tanah Palestina

OPINI

Oleh L. Nur Robbiah

Aktivis Muslimah


Muslimahkaffahmedia.eumorg, OPINI -Sudah lebih dari satu tahun, rakyat Palestina, khususnya di Gaza, terus berdarah-darah di bawah serangan brutal Israel sejak 7 Oktober 2023. Dalam 24 jam terakhir saja, berdasarkan tempo.com 25 April 2025 sedikitnya 50 orang tewas, menambah daftar panjang korban yang kini telah mencapai lebih dari 51.000 jiwa. Anak-anak, ibu-ibu, orang tua, tenaga medis, bahkan jurnalis menjadi sasaran tanpa pandang bulu. Sekolah, universitas, rumah sakit, dan tempat perlindungan dibombardir hingga rata dengan tanah.


Di Gaza, pertaruhan hidup dan mati terjadi setiap hari. Orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, kakak kehilangan adik, adik kehilangan kakak, saudara kehilangan saudara, hingga tetangga kehilangan satu sama lain, hampir tanpa sisa. Jeritan, tangisan, darah, potongan tubuh berserakan di mana-mana. Bahkan mayat mereka beterbangan di atas gedung saat Israel menggempur pemukiman menjadi pemandangan sehari-hari. Segala bentuk penderitaan mereka alami kematian, kelaparan, penyiksaan, pengusiran, perampasan tanah, blokade total, dan dukungan internasional terhadap Israel yang membuat Palestina nyaris tak berdaya. Ini bukan hanya konflik, ini adalah genosida yang didukung secara terang-terangan oleh kekuatan besar dunia. Seperti dikutip dari metrotvnews.com Selasa, 24 September 2024, 14 negara antara lain Amerika Serikat (AS), Israel, Argentina, Czechia, Fiji, Hungaria, Malawi, serta Mikronesia dan Nauru. Ditambah lagi negara Papua Nugini, Tonga, Paraguay, juga Tuvalu. 14 negara tersebut menolak resolusi PBB terkait diakhirinya pendudukan Israel di Palestina, yang mana berarti mereka terus mendukung Israel untuk menjajah dan merampas tanah Palestina. 


Melihat itu semua, siapa yang hatinya tidak tercabik? Tapi pertanyaannya, apa yang sudah dunia lakukan? Di tengah tragedi ini, muncul berbagai upaya solidaritas global pengumpulan donasi, pengiriman bantuan, boikot produk, hingga doa bersama. Apakah semua itu cukup? Apakah dengan memboikot dan mengirim bantuan, penjajahan akan berhenti? 


Baru-baru ini, Presiden Indonesia mengusulkan, merencanakan dan siap untuk menampung ribuan rakyat Gaza ke Indonesia untuk aktif berperan mendukung penyelesaian konflik di Gaza. Namun katanya, penjemputan ini bersifat sementara, nantinya mereka akan dikembalikan pada tanah airnya setelah Palestina merdeka. Ini dimaksudkan sebagai langkah kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa, ujar Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur menjelang terbang ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk melawat ke sejumlah negara Timur Tengah, Rabu (9/4/2025) dalam Berita Satu. Namun, kita perlu bertanya lebih jauh apakah mungkin itu solusi terbaik yang bisa dilakukan oleh kita selaku negara yang memiliki mayoritas umat muslim di dalamnya? 


Pernyataan tersebut justru bertentangan dengan seruan jihad yang kini digaungkan oleh banyak kalangan. Yang menyadari bahwa berbagai upaya yang telah dilakukan terbukti gagal menghentikan penjajahan dan genosida, sehingga jihad menjadi satu-satunya jalan yang tersisa. Mengevakuasi rakyat Gaza justru makin menjauh dari solusi yang sesungguhnya, karena pada dasarnya yang melakukan penjajahan dan perampasan wilayah adalah Zionis. Seharusnya Zionis yang diusir dari tanah Palestina, bukan malah rakyat Gaza yang diusir dari negerinya sendiri.


Umat Islam tidak boleh hanya menjadi penonton. Sekarang waktunya jihad! Bahkan Ali al-Qaradaghi, Sekretaris Jenderal Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS), pada 4 April 2025, telah menyerukan fatwa jihad kepada seluruh negara muslim: "Kegagalan pemerintah Arab dan Islam untuk mendukung Gaza adalah kejahatan besar terhadap saudara-saudara kita yang tertindas.", katanya seperti dikutip dari Middle East Eye, Selasa, 8 April 2025.


Mengungsikan rakyat Gaza ke Indonesia atau ke manapun bukanlah jawaban atas persoalan utama penjajahan tanah Palestina oleh Zionis Israel yang sudah berlangsung lebih dari seabad. Mengambil mereka dari tanah Gaza sama saja memudahkan musuh-musuh mereka untuk mengosongkan Palestina dan mempercepat rencana Zionis. Padahal seharusnya yang diperjuangkan adalah kemerdekaan dari Palestina bukan pengungsian dan evakuasi. 


Selain itu, kita harus jujur melihat kondisi kita sendiri. Indonesia masih menghadapi darurat literasi, rendahnya minat baca, Menurut data UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu berarti, dari 1.000 orang Indonesia, hanya ada 1 yang minat membaca, serta berbagai persoalan sosial dan ekonomi. Sementara itu, anak-anak Gaza yang hidup di bawah bom, masih tetap semangat menuntut ilmu, menghafal Al-Qur'an, bermajelis dan membangun mentalitas baja seperti yang dikutip dari Damai Aqsha, 29 Mei 2024. Apakah kita benar-benar siap memberikan masa depan yang lebih baik bagi mereka di sini? 


Sayangnya, negeri-negeri muslim justru lebih banyak diam. Bahkan perbatasan Rafah di Mesir satu-satunya pintu keluar Gaza selain Israel seringkali ditutup rapat dengan alasan "keamanan" menurut CNN Indonesia (9/11/23), sementara ribuan rakyat Gaza terjebak dalam kengerian. Pemimpin negeri muslim seharusnya menyambut seruan jihad.  Namun hari ini, nasionalisme dan prinsip tak boleh ikut campur urusan negara lain menjadi penghalang seruan jihad. Sikap ini menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim.


Kita harus bertanya jika Amerika Serikat dan dunia bisa tanpa malu-malu mengirim senjata dan uang untuk mendukung Israel, mengapa negara-negara muslim tidak mengirim bantuan nyata untuk membela Gaza? Sampai kapan kaum muslim hanya menjadi penonton dalam pembantaian saudaranya sendiri? Semua laporan ke PBB, semua diplomasi, semua kecaman, tidak membuat penjajahan berhenti. Tidak ada jalan lain kecuali hanya kekuatan militer yang bisa menghentikan genosida ini. Hanya pasukan yang berani berjihad di jalan Allah yang bisa mengusir penjajah. Umat Islam harus bangkit dalam naungan Khilafah Islam. Serta menerapkan syariat, dan membawa keadilan sejati untuk seluruh umat manusia sehingga dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam.


Dengan bergeraknya umat muslim dan melaksanakan jihad pada Palestina serta membuat Palestina menang dalam penjajahan tersebut, dapat membuat gentar para Zionis. Selain itu dengan adanya Khilafah Islam dan ditegakkannya syariat, negeri-negeri terjajah lainnya seperti Kongo, Uyghur, Sahara Barat atau negri lainnya akan mendapatkan harapan untuk terbebas dari penjajahan.


Wallahualam bissawwab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan