Kecurangan UTBK, Buah Sistem Sekuler-Kapitalisme



 Kecurangan dalam UTBK dan tingginya angka ketidakjujuran akademik adalah buah dari sistem pendidikan yang berakar pada ideologi kapitalisme sekuler

OPINI

Oleh Didawati

Aktivis Muslimah


Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI -Pendidikan seharusnya menjadi investasi strategis utama suatu bangsa. Ia adalah proses penentu masa depan, bahkan kelangsungan hidup sebuah peradaban. Bangsa yang memperhatikan sektor pendidikan dengan serius, melalui investasi dan inovasi berkelanjutan, akan tampil sebagai bangsa yang unggul dan berdaya saing tinggi.


Namun, realitas saat ini menunjukkan degradasi nilai dalam dunia pendidikan. Salah satu indikasi yang mencolok terlihat dari banyaknya praktik kecurangan dalam pelaksanaan UTBK SNBT 2025. Dalam dua hari pertama pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), panitia menemukan 14 kasus kecurangan dengan modus yang semakin canggih, mulai dari penggunaan kamera tersembunyi hingga pemanfaatan akses remote desktop. Ketua Umum SNPMB, Prof. Eduart Wolok, menegaskan bahwa meskipun persentasenya tergolong kecil (0,0071%), praktik ini tetap tidak dapat ditoleransi. Beberapa kasus bahkan melibatkan pihak eksternal dan dilakukan secara terstruktur (Kompas.com, 25/05/2025)


Fenomena ini semakin diperkuat oleh hasil Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 yang dirilis oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Laporan Indeks Integritas Pendidikan 2024 menunjukkan bahwa praktik menyontek terjadi di 78% sekolah dan 98% kampus di Indonesia. Secara rinci, 44,75% siswa dan 57,87% mahasiswa mengaku menyontek meskipun tahu itu salah. Bahkan, 38,4% siswa dan 51,7% mahasiswa meminta orang lain mengerjakan tugas mereka. Sementara itu, 44,59% mahasiswa mengakui pernah melakukan plagiarisme. (Detik.com, 25/05/2025)


Nilai Indeks Integritas Pendidikan secara nasional tercatat sebesar 69,50, yang masih tergolong dalam kategori perlu perbaikan dan belum mencapai standar yang diharapkan (Detik.com, 25/05/2025)


Fakta ini menunjukkan bahwa persoalan pendidikan bukan hanya soal teknis pengawasan ujian, melainkan masalah mendasar yang berakar pada sistem ideologi kapitalisme sekuler yang mendominasi saat ini.


Sistem Sekuler-Kapitalisme dalam Pendidikan


Kecurangan dalam UTBK dan tingginya angka ketidakjujuran akademik adalah buah dari sistem pendidikan yang berakar pada ideologi kapitalisme sekuler. Dalam sistem ini, pendidikan hanya diarahkan untuk menghasilkan individu yang berorientasi pada pencapaian duniawi seperti kelulusan, ijazah, dan pekerjaan, tanpa memperhatikan pembentukan akhlak dan integritas. Tekanan untuk berkompetisi dan meraih nilai tinggi memicu peserta didik untuk menggunakan segala cara, termasuk kecurangan.


Peran negara dalam sistem ini terbatas pada regulator dan fasilitator, bukan sebagai pembentuk karakter bangsa. Kurikulum yang terus berubah demi memenuhi tuntutan pasar kerja semakin memperburuk situasi, sementara pendidikan harusnya tidak hanya mengutamakan kompetensi, tetapi juga moralitas.


Ketika Negara Melepas Tanggung Jawab Pendidikan


Krisis integritas dalam dunia pendidikan menunjukkan kegagalan negara dalam menjalankan perannya. Negara seharusnya bertanggung jawab untuk memastikan arah dan tujuan pendidikan, bukan sekadar menyediakan fasilitas dan regulasi. Namun, dalam sistem kapitalisme, negara melepaskan tanggung jawab tersebut kepada mekanisme pasar. Kurikulum yang disusun bukan berdasarkan visi ideologis, melainkan untuk memenuhi tuntutan industri. Hal ini menciptakan pendidikan hanya berfokus pada penghasilan tenaga kerja, bukan pembinaan kepribadian.


Sayangnya, pelanggaran terhadap nilai-nilai ini hanya ditanggapi secara kasuistik—ditangani ketika muncul, lalu dilupakan. Evaluasi mendasar terhadap sistem pendidikan itu sendiri tidak pernah dilakukan. Padahal, akar masalahnya adalah sistem sekuler yang memisahkan nilai agama dari kebijakan pendidikan, yang menyebabkan kecurangan dan krisis integritas terus berulang.


Pendidikan Islam Kafah: Mencetak Generasi Bertakwa dan Berilmu


Solusi krisis pendidikan tidak dapat dicapai dengan kebijakan tambal sulam. Sistem pendidikan berbasis Islam kafah adalah jalan keluar yang hakiki. Dalam sistem Islam, pendidikan bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi untuk membentuk kepribadian Islam yang utuh, dengan menjadikan halal dan haram sebagai standar hidup.


Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk insan yang bertakwa dan berilmu, yang mampu menjalankan perannya sebagai hamba Allah dan pemimpin di muka bumi. Allah Swt. berfirman:


"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)


Ayat ini menjelaskan bahwa keberadaan manusia di dunia ini memiliki tujuan utama, yaitu untuk mengabdi sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, sistem pendidikan harus diarahkan untuk membentuk pribadi yang taat kepada Allah dan sadar akan misinya sebagai makhluk yang dimuliakan.


Pendidikan Islam Sebagai Jalan Keluar 


Kecurangan dalam UTBK tidak bisa dipandang sebagai masalah teknis semata yang muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan indikator kerusakan sistemik dalam dunia pendidikan yang berpijak pada ideologi sekuler-kapitalisme. Sistem ini memisahkan nilai agama dari pendidikan dan menjadikan pencapaian duniawi sebagai tujuan utama. Oleh karena itu, solusi yang mendasar dan sistemik adalah dengan membangun sistem pendidikan berbasis Islam secara kafah. Dalam sistem ini, negara bertanggung jawab penuh untuk mencetak generasi yang bertakwa, berilmu, dan berkepribadian Islam, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia menurut QS. Adz-Dzariyat: 56.


Negara dalam sistem Islam bertanggung jawab penuh dalam menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Negara wajib menyediakan kurikulum berbasis akidah Islam, memilih guru yang berkompeten, serta menciptakan suasana pendidikan yang membentuk integritas. Teknologi dan ilmu pengetahuan tetap dikembangkan, tetapi harus berpijak pada akidah Islam, dengan menjadikan ilmu sebagai amanah, bukan alat untuk mencapai ambisi pribadi.


Hanya dengan menerapkan Islam secara kafah dalam kehidupan, termasuk dalam sektor pendidikan, kejujuran, tanggung jawab, dan kecintaan terhadap ilmu dapat terwujud secara menyeluruh dan berkelanjutan.


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan