Negara Islam: Kekuatan Global untuk Bebaskan Palestina?
OPINI
Selama umat masih terikat pada nasionalisme warisan penjajah, mereka tidak akan pernah benar-benar bersatu, dan jihad pun tidak akan digerakkan.
Oleh Annis Miskiyyah
Muslimah Pemerhati Umat
Muslimahkaffahmedia.eu.org-Penjajahan di bumi Palestina belum usai. Genosida tersebut telah memakan korban dari berbagai kalangan. Bahkan para jurnalis pun tak luput jadi bidikan. Demikian pula keluarga dan sanak saudara mereka.
Dikutip dari www.cnnindonesia.com pada hari Sabtu (19/04/2025), terjadi serangkaian serangan brutal pasukan Zionis ke Gaza. Sehingga menewaskan seorang jurnalis Fatima yang pernah viral dengan menulis pesan menyentuh terkait kondisi Gaza. Bukan hanya dirinya, 7 orang kerabatnya juga ikut tewas dalam serangan tersebut.
Peristiwa di atas semakin menambah deretan korban tewas yang sudah lebih dulu dilaporkan. Bahkan kini kondisi Gaza sedang mengalami krisis kelaparan. Masih dikutip dari www.cnnindonesia.com bahwa warga Palestina terpaksa makan daging kura-kura karena dilanda krisis pangan. Mereka juga hanya bergantung pada bantuan kemanusiaan. Padahal, bantuan tersebut sangat sulit menembus perbatasan.
Penderitaan tersebut belum berakhir hingga detik ini. Gaza bagai kota tanpa bangunan utuh. Hanya reruntuhan gedung berwarna abu. Sedangkan warganya hidup dari satu kamp pengungsian ke kamp pengungsian lainnya. Itupun jika masih selamat dari pengeboman Zionis.
Pasukan dan pemerintahan Zionis semakin brutal setelah mendapat dukungan dari AS. Dengan sombongnya Presiden AS ini menyatakan akan membangun kembali Gaza untuk dijadikan kota wisata. Hingga dia minta penduduk Gaza direlokasi ke berbagai negeri di sekitarnya. Atau dengan kata lain, Gaza harus dibersihkan dari penduduknya. Tentu ini termasuk tindakan genosida dan pendudukan wilayah secara paksa.
Kecaman luas di berbagai wilayah dunia mengemuka. Aksi protes, demonstrasi, dan seruan dari para aktivis yang bersimpati kepada Palestina mengalir deras. Namun, kecaman tersebut tak mereka hiraukan. Di sisi lain, para penguasa muslim tetap hanya mencukupkan diri dengan kecaman tanpa aksi nyata. Bahkan meski Umat Islam hari ini sudah mulai menyerukan jihad sebagai solusi, tetapi semuanya seperti dianggap angin lalu.
Tentu saja, ada beberapa hal yang menyebabkan Palestina masih dalam cengkeraman Zionis penjajah. Seperti terpecah-belahnya kaum muslimin dalam sekat khayal nasionalisme. Sehingga, tiap negeri sibuk mengamankan kepentingan sendiri dan takut akan ancaman negara adidaya pendukung Zionis. Juga keterlibatan penguasa negeri tersebut dalam berbagai perjanjian internasional yang mengikat. Misalnya, Turki yang masih memasok bahan bakar melalui pipa-pipanya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bagi Zionis hingga hari ini. Atau sikap Suriah yang justru menangkap pejuang Palestina, dan masih banyak lagi sikap hipokrit yang ditunjukkan penguasa negeri muslim.
Nasionalisme memang racun yang dihembuskan musuh Islam untuk melemahkan dan menghancurkan kaum muslim. Nasionalisme ini juga yang pernah berhasil membuat Negara Islam mengalami masa-masa keruntuhannya. Dulu, Turki dan Arab bersatu. Namun, nasionalisme yang dianut Turki Muda telah membuatnya merasa dijajah Arab. Demikian juga sebaliknya, Arab merasa di bawah Turki. Selanjutnya, dengan didukung musuh-musuh Islam, Arab memisahkan diri dari Turki Utsmani. Pada akhirnya, Turki juga dipaksa menjadi negara sekuler, setelah diruntuhkannya kekhilafahan Turki Utsmani oleh Kemal Pasha yang didukung oleh Inggris.
Sejak 3 Maret 1924 M itulah, kaum muslimin di dunia tak lagi memiliki negara yang mempersatukan mereka. Hingga hari ini, sudah lebih dari 100 tahun tanpa kepemimpinan Islam yang satu. Kaum Muslim di dunia harus bertahan hidup, sedangkan aturan kehidupan Islamnya diabaikan. Musuh Islam dengan leluasa menjajah secara fisik dan nonfisik. Padahal, potensi strategis umat Islam sangat besar. Namun kenyataannya, umat Islam dalam kemunduran dan nestapa berkepanjangan. Inilah dampak penerapan kapitalisme sekuler di dunia Islam.
Oleh karena itu, untuk meraih kebangkitan Islam dan umatnya maka harus segera kembali ke pangkuan Islam. Bersatu dalam satu kepemimpinan Islam serta penerapan aturannya. Kaum muslimin dapat mengerahkan potensi strategisnya untuk kembali menjadi adidaya dunia. Setelah umat mau mencampakkan sistem kapitalis sekuler yang rusak dan merusak sejak kelahirannya tersebut.
Allah Swt. telah memerintahkan umat Islam memberi pertolongan pada saudaranya sesama muslim. Allah Swt. juga menyatakan umat muslim adalah bersaudara. Rasulullah saw. bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Oleh karena itu wajib menolong saudaranya.
Selama umat masih terikat pada nasionalisme warisan penjajah, mereka tidak akan pernah benar-benar bersatu, dan jihad pun tidak akan digerakkan. Maka, umat Islam harus mencampakkan nasionalisme, menyadari bahwa penjajahan hanya bisa dihentikan dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global, yaitu Daulah Islam (perisai).
Rasulullah saw. bersabda, "... kemudian akan kembali lagi Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, kemudian beliau diam." (HR. Ahmad)
Umat Islam juga wajib menyeru semua muslim di seluruh dunia dengan seruan yang sama. Umat harus terus mengingatkan akan persatuan umat dan kewajiban menolong mereka. Umat harus bergerak menuntut penguasa muslim melaksanakan kewajiban menolong Palestina. Mereka wajib melaksanakan jihad dan menegakkan negara yang menerapkan Islam kafah.
Gerakan umat harus ada yang memimpin agar terarah. Pemimpin dakwah itu adalah jamaah dakwah ideologis yang menyerukan jihad dan tegaknya negara Islam super power . Para pengemban dakwah harus terus bergerak dengan mengerahkan seluruh kemampuannya. Semua itu ditujukan agar persatuan umat terwujud dan mampu berjuang bersama menegakkan institusi negara yang dicontohkan Nabi saw. Dengan demikian persoalan umat termasuk Palestina akan segera terselesaikan dan kehidupan Islam dapat dilangsungkan kembali.
Wallahualam bissawab
Komentar
Posting Komentar