Potret Buram Pendidikan Barat yang Sekarat
Inilah potret buram pendidikan Barat yang sekarat, tak mampu membentuk generasi cerdas.
OPINI
Oleh Luluk Kiftiyah
Plagiat literasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI-Kenakalan anak dan remaja terjadi hampir di seluruh Indonesia. Enam bulan terakhir (Januari hingga Juni 2025) kenakalan dan kejahatan yang dilakukan anak dan remaja mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Banyak kasus ekstrem yang dianggap di luar nalar.
Mulai dari kasus tawuran mematikan, sindikat kriminal, prostitusi daring, kekerasan seksual, bullying hingga pada kekerasan psikis, judi online, narkoba, dan pembunuhan yang ekstrem.
Kasus kekerasan terhadap anak dan remaja, ibarat kata seperti bola api yang terus menggelinding dan berkobar mencari mangsanya.
Sebagaimana kasus bullying di Pondok Gede Kota Bekasi, seorang anak berusia 10 tahun menjadi korban perundungan. Kasus perundungan dipicu karena pemalakan. Korban tidak mau memberi uang yang diminta pelaku sehingga melukai pahanya hingga mengalami pergeseran tulang. (tempo.co, 12/06/2025)
Tidak hanya itu, kasus remaja perempuan KS (17) yang membunuh ayahnya S (55) di Ruko Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur harus menjadi catatan serius oleh pemerintah Indonesia, karena peristiwa tragis ini menyangkut antara anak kandung dan orang tua. Apalagi kasus anak bunuh ayah atau anak bunuh ibu bukanlah kali pertama. Kasus seperti ini sudah terlalu banyak dan seolah sudah menjadi berita sehari-hari. (kompas.id, 26/06/2025)
Fenomena kasus bullying, kriminal, atau kekerasan seksual dan kasus kenakalan remaja lainnya merupakan potret buram pendidikan Barat yang sekarat, yang mana ideologinya diemban oleh hampir seluruh dunia. Ideologi sekuler-kapitalis merupakan ideologi yang rusak dari akarnya, karena diperoleh dari hasil pemikiran manusia yang terbatas, bukan dari Sang Pencipta.
Tak heran, jika aturannya mengandung banyak kecacatan. Karena itulah, seharusnya keluarga menjadi tumpuan hidup anak dan tempat yang aman, namun kini mengalami disfungsi keluarga.
Di balik kecanggihan teknologi dan kemajuan materi, nyatanya sistem pendidikan Barat menyimpan luka yang mendalam. Orang tua hanya menekankan prestasi akademik pada anak dan mengabaikan nilai-nilai moral spiritual, sehingga menjadikan mereka kehilangan arah hidup, bahkan tidak mengenal Tuhannya.
Wajar, jika remaja hari ini mengalami krisis identitas, karena sistem sekuler-kapitalis yang cacat dan gagal membentuk manusia seutuhnya. Sistem sekuler-kapitalis ini hanya mencetak generasi buruh dan bermental kerupuk, bukan pembawa perubahan.
Tidak dimungkiri, pendidikan sistem sekuler-kapitalis berhasil membuat mereka jauh dari Islam. Tanpa pijakan akidah Islam yang kokoh, generasi mudah terombang-ambing dalam arus relativisme, yakni merasa lebih nyaman hidup dalam media sosial, hedonisme, dan bahkan nihilisme. Inilah potret buram pendidikan Barat yang sekarat, tak mampu membentuk generasi cerdas.
Sedangkan Islam punya solusi atas problematika rusaknya generasi hari ini. Sejarah mencatat, Islam berhasil membangun peradaban gemilang selama 13 abad. Sistem pendidikan Islam yang dibangun atas dasar akidah tauhid, dan disupport oleh peran keluarga, masyarakat, serta negara telah mampu melahirkan generasi emas.
Mereka membuktikan secara nyata, pendidikan yang dilandasi wahyu dan dijalankan dalam sistem Islam kafah mampu mencetak generasi berakhlak dan berprestasi.
Di zaman Muhammad Al-Fatih misalnya, seorang pemuda berusia 21 tahun mampu menaklukkan konstantinopel di abad ke-15. Ia mengakhiri 1000 tahun dominasi Romawi Timur dan membuka gerbang kejayaan Khilafah Utsmani.
Kemenangan itu tidak serta merta didapat begitu saja, namun ada effort lebih yang mana sejak kecil ia dididik dengan tsaqafah Islam yang meliputi akidah Islam, hadis, tafsir, dan ilmu militer serta strategi perang.
Keberhasilan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukkan kota konstantinopel, sejatinya sudah disiapkan keluarganya sejak lama. Bahkan dari jaman kakek buyutnya. Sehingga tentu saja, jika sejak kecil Muhammad Al-Fatih punya cita-cita besar untuk menaklukkan konstantinopel, karena sudah ditanamkan bahwa dialah yang menjemput janji Rasulullah saw..
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, "Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang menaklukkannya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya." (HR. Imam Bukhari)
Sedangkan di bidang sains, tercatat Ibnu Sina sebagai bapak kedokteran modern. Selain seorang dokter, ia juga handal di bidang logika, matematika dan filsafat. Meski ia ahli di banyak bidang, namun tidak menjadikannya sekuler (memisahkan agama dari kehidupan), karena ia menaruh pusat pandangannya pada wahyu. Bahkan ia telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'annya di usia 10 tahun.
Jadi ilmuwan di masa dulu tidak pernah lepas dari kecintaannya terhadap Al-Qur'an. Memang sejatinya ilmu sains tidak terpisahkan dengan ilmu Al-Qur'an.
Al-Quran sebagai kitab suci yang menyinggung fenomena alam dan prinsip-prinsip ilmiah. Tidak heran jika ayat-ayat Al-Qur'an menjadi dasar motivasi para ilmuwan muslim untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Banyak sekali ilmuwan muslim yang ilmunya masih terpakai sampai saat ini. Itulah bukti keunggulan sistem pendidikan Islam yang mampu mencetak peradaban dan generasi cemerlang. Tidak seperti pendidikan dalam sistem sekuler-kapitalis yang makin ke sini makin terlihat kebobrokannya.
Sudah saatnya muslim bersatu menerapkan syariat Islam secara kafah, karena dengan menerapkan Islam secara kafah keberkahan itu dapat tercapai.
Wallahualam bissawaab
Komentar
Posting Komentar