Zionis Yahudi Makin Biadab, Sampai Kapan Para Penguasa Muslim Mati Rasa?


OPINI

Logika paling sederhana dalam mengusir penjajah adalah mengeluarkan mereka dari tanah Palestina. Mengusir penjajah hanya dapat dilakukan melalui perang, jihad fi sabilillah. 

Oleh Muliana, S. Pd

 Aktivis Muslimah


Muslimahkaffahmedia.eu.org_Sedikitnya 56.647 rakyat Palestina kehilangan nyawa mereka akibat tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza sejak bulan Oktober 2023. Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Selasa, 1 Juni 2025. 


Dalam keterangannya, disebutkan bahwa 116 jenazah dibawa ke beberapa rumah sakit dalam kurun waktu 24 jam terakhir, sementara 463 orang mengalami luka-luka, sehingga total korban luka akibat agresi Israel mencapai 134.105 jiwa. 


Israel terus melancarkan serangannya ke Jalur Gaza sejak tanggal 18 Maret, dan menyebabkan kematian 6.315 orang dan melukai 22.064 lainnya. Mereka telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang dibuat pada bulan Januari. 


Serangan mereka mengakibatkan banyak korban jiwa setiap hari. Pada hari Senin yang lalu, dilaporkan serangan udara mereka menewaskan 92 orang. Baru-baru ini, Israel juga menjadi sorotan karena dituduh memerintahkan tentaranya untuk menembaki para pencari bantuan kemanusiaan yang tidak bersenjata. 


Bulan November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Benjamin Netanyahu, pemimpin otoritas Israel, dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. 


Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional terkait serangannya terhadap wilayah kantong tersebut. Perhatian dunia sempat terbagi dari Gaza setelah Israel menyerang Iran dan terlibat dalam konflik selama 12 hari sejak 13 Juni. Kini, setelah tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel, kekejaman Israel di Gaza kembali menjadi sorotan media. (Tempo.co, 2/7/2025)   


Walaupun masyarakat terus berjuang dan menunjukkan dukungan, para pemimpin dunia tetap bungkam, bahkan para penguasa negara-negara Muslim tetap bersikap bersahabat dengan penjajah Zionis. 


Ketidakpahaman terhadap akar permasalahan Palestina dan kuatnya kecintaan terhadap posisi dan kekuasaan membuat para penguasa negara Muslim tidak bisa melihat dan memahami hubungan persaudaraan berdasarkan iman. 


Sangat menyedihkan mendengar seorang wanita Muslim Palestina berteriak keras memberikan kritik tajam kepada negara-negara Arab yang bahkan tidak memberikan sebotol air kepada rakyat Palestina yang tengah menderita akibat kekejaman Zionis Israel. Seharusnya, sebagai saudara seiman yang teraniaya, para pemimpin Arab dan dunia Islam menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas genosida yang terjadi di Gaza. 


Sayyid Qutb pernah memberikan kritik yang mendalam terhadap sikap bangsa Arab, dengan mengungkapkan: "Sebenarnya tentara Arab yang kalian lihat itu tidak membela Islam dan kaum muslimin, bahkan mereka justru menyerang kalian, tanpa satu peluru pun ditembakkan ke arah Yahudi. Padahal, Yahudi adalah musuh, sementara sesama mukmin adalah sahabat, sesuai firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)


Selain ayat-ayat dalam Al-Qur'an, banyak hadis juga menekankan pentingnya persaudaraan di antara umat Muslim, seperti, "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh berbuat zalim, merendahkan, atau membiarkan saudaranya dalam kesulitan." (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadis ini menegaskan betapa krusialnya menjaga dan melindungi sesama Muslim, serta tidak membiarkan mereka dalam keadaan tertekan atau teraniaya. Kegiatan penyadaran harus terus digalakkan dengan lebih keras dan lebih kuat. 


Upaya ini mesti dilakukan oleh umat Muslim yang sudah peka terlebih oleh para pengemban dakwah. Mereka harus memperkuat dan meningkatkan usaha mereka agar dukungan umat atas dasar kesadaran semakin menguat, sehingga umat akan terus bergerak dan mendesak penguasa mereka untuk kembali pada tuntunan Islam dalam menangani Palestina, yaitu dengan memerdekakan Palestina melalui jihad dan mendirikan Khilafah. 


Logika paling sederhana dalam mengusir penjajah adalah mengeluarkan mereka dari tanah Palestina. Mengusir penjajah hanya dapat dilakukan melalui perang, jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi yang lebih tepat dan lebih baik selain jihad fi sabilillah. 


Jihad harus dimulai dari kesatuan umat Islam dan negara-negara Muslim dalam skala global. Jihad harus dipimpin oleh pemimpin tertinggi negara-negara muslim yang bersatu. Sikap yang benar harus berlandaskan pada pemahaman yang tepat terhadap fakta yang ada. 


Oleh karena itu, sikap umat Islam terhadap konflik Palestina bisa menjadi salah jika persepsinya keliru. Persepsi yang benar mengenai konflik Palestina-Israel adalah bahwa bumi Palestina adalah hak kaum muslimin, bukan hak entitas Yahudi. Di sana terletak Masjidil Aqsa, masjid yang menjadi kiblat pertama Umat Islam. Namun, sejak hilangnya Perisai Umat yang dihancurkan dan umat Islam yang seharusnya bersatu menjadi terpecah, Yahudi berusaha menguasainya dengan cara yang keji. Pada tahun 1948, 78 persen tanah Palestina dikuasai oleh Otoritas Zionisme Yahudi, diikuti dengan pendudukan Yerusalem dan wilayah Palestina lainnya pada tahun 1967. Umat Islam Palestina terus menderita akibat penjajahan yang tak kunjung berakhir hingga saat ini. 


Para pengemban dakwah harus terus berusaha mewujudkan opini umum atas solusi hakiki persoalan Palestina yang dilandasi dengan kesadaran umum. Mereka terus memimpin umat menuju jalan yang sudah ditempuh Rasulullah saw. menuju penegakan hukum Allah sebagai sarana untuk melangsungkan kembali kehidupan Islam, dengan tegaknya Khilafah.


Kehadiran tentara Muslim hanya akan terwujud ketika umat memiliki khilafah yang berfungsi sebagai pelindung bagi kaum muslim yang tertindas dan terjajah. Khilafah akan mengambil langkah-langkah berikut untuk membebaskan Palestina: 

1. Khilafah akan mengintegrasikan seluruh negeri muslim baik secara politik maupun militer dalam satu negara transnasional. 

2. Khilafah akan menolak segala tawaran perdamaian, gencatan senjata, atau solusi dua negara dari Israel, AS, maupun PBB. Tidak ada perjanjian damai dengan Israel, yang ada hanyalah perang. 

3. Khilafah akan memobilisasi kekuatan militer di negara-negara muslim di sekitar Palestina untuk membebaskan Palestina dengan kekuatan maksimal, yaitu hingga berhasil mengalahkan Israel. 

4. Khilafah akan membentuk opini publik di seluruh dunia tentang kewajiban jihad besar untuk membebaskan Palestina, sehingga dunia akan memberikan dukungan untuk pembebasan Palestina. 

5. Setelah berhasil membebaskan Palestina, Khilafah akan menjadikannya sebagai salah satu wilayah Daulah Islam, sebagaimana dahulu Syam menjadi salah satu provinsi dalam khilafah. 


Tegaknya khilafah adalah kunci untuk membebaskan Palestina. Oleh karena itu, seluruh umat Islam harus memperjuangkan tegaknya khilafah. Bahkan, pendirian khilafah harus menjadi bagian dari agenda perjuangan dan dakwah umat Islam. Dengan demikian, penting untuk membangun kesadaran di kalangan umat Islam tentang isu Palestina, bahwa keberadaan entitas Yahudi Israel hanya bisa diatasi dengan adanya Khilafah Islamiah. Semoga kita termasuk dalam golongan yang menjawab seruan umat Muslim Palestina dengan mewujudkan perisai bagi umat, yaitu khilafah. 


Para Pengemban dakwah harus terus menjaga keistikamahan, berjalan dalam dakwah sesuai thariqah Rasulullah saw., meningkatkan kemampuannya dalam membangun kesadaran umat juga menguatkan hubungan dengan Allah agar pertolongan Allah segera datang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan