Gen-Z Bicara Perubahan: Potensi Kebangkitan Umat
OPINI
Islam telah menempatkan pemuda sebagai generasi terdepan dalam perubahan menuju kebangkitan umat.
Oleh Sri Yana, S.Pd.I
Pegiat Literasi
Muslimahkaffahmedia.eu.org_Generasi adalah agent of change (agen perubahan) yang berada di garda terdepan dalam memberikan kontribusi di berbagai aspek kehidupan. Melalui generasilah cita-cita bangsa dan negara dapat diwujudkan, sebagaimana generasi terdahulu yang telah berperan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan peradaban lainnya.
Saat ini, perhatian tertuju pada Generasi Z (Gen-Z). Seperti generasi lain (boomer, milenial, maupun generasi sebelumnya), Gen-Z tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Mereka dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, tetapi kerap dicap manja, mudah cemas, mengalami FOMO (fear of missing out), dan rentan stres.
Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi., Gen-Z justru memiliki mekanisme otak yang lebih maju dalam menghadapi tekanan dibanding generasi sebelumnya. Mereka menunjukkan respons face (menghadapi) yang adaptif dan konstruktif, mampu melindungi diri, menetapkan batas dengan jelas, tetap terhubung secara emosional, dan berani menyuarakan pendapat tanpa harus melukai diri sendiri ataupun orang lain.
Respons face ini tampak dalam berbagai aksi demonstrasi atau ekspresi politik. Gen-Z memilih berbicara melalui media sosial, meme, poster kreatif, dan estetika visual ketimbang melakukan tindakan destruktif. (Kompas.com, 5/9/2025)
Di sisi lain, Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Rose Mini Agoes Salim, menyoroti fenomena meningkatnya keterlibatan anak di bawah umur dalam aksi demonstrasi. Meskipun unjuk rasa dapat menjadi sarana belajar menyampaikan pendapat, tetapi remaja rentan terprovokasi karena kontrol diri yang belum matang. (inforemaja.id, 2/9/2025)
Tidak sedikit Gen-Z yang mengikuti aksi demo sekadar untuk terlihat keren, tetapi mudah terbawa emosi. Teori Four Responses to Fear/Threat, yakni fight (melawan), flight (menghindar), freeze (membeku), dan face (menghadapi) kerap digunakan untuk memetakan perilaku mereka. Sayangnya, pengelompokan ini sering diarahkan dengan pendekatan kapitalistik yang dapat mengaburkan kesadaran politik generasi muda.
Jika ditelaah, sejatinya setiap manusia memiliki gharizah baqa untuk menolak kezaliman dan mencari solusi hakiki. Oleh karena itu, siapa pun, dari generasi mana pun, dapat menjadi agen kebangkitan umat ketika memiliki azam yang kuat kepada Allah Swt. Sungguh Allah Swt. telah menganugerahkan akal untuk berpikir dan merancang peradaban sebagaimana dicontohkan oleh generasi unggul terdahulu, seperti Sultan Muhammad Al-Fatih.
Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 1453, mengakhiri Kekaisaran Romawi Timur, dan mengubah kota itu menjadi Istanbul, ibu kota Kekhilafahan Utsmani. Ia dikenal sebagai pemimpin yang cerdas, menguasai berbagai bahasa, memiliki strategi militer yang matang, berilmu luas, beriman, dan bertakwa tinggi. Kepemimpinannya yang adil, keberanian, dan tekadnya menjadi inspirasi besar bagi umat Islam hingga kini. Ini semua membuktikan bahwa kebangkitan umat dapat diraih melalui iman, ilmu, dan keberanian.
Islam memandang setiap individu sesuai fitrahnya. Ia memiliki khasiatul insan yang berkarakter khas manusia, seperti hakikat kemanusiaan, potensi, dan naluri, serta aspek-aspek yang membentuk keunikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. Khasiatul insan mencakup pemahaman tentang siapa manusia itu, asal-usulnya, tujuan hidupnya, serta kemampuan dan dorongan bawaannya seperti pendengaran, penglihatan, hati, dan naluri melestarikan keturunan. Sehingga membutuhkan pemenuhan tuntunan syariat, bukan sekadar tuntunan psikologi.
Selain itu, Islam mengatur muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa) atas kebijakan yang bertentangan dengan syariat atau bersifat zalim. Allah Swt. berfirman, “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 104).
Sejak masa Rasulullah saw., Islam telah menempatkan pemuda sebagai generasi terdepan dalam perubahan menuju kebangkitan umat. Kebangkitan hakiki yang dibutuhkan hari ini menuntut keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya petunjuk hidup. Berbagai persoalan umat, termasuk fenomena demonstrasi, terjadi karena umat meninggalkan syariat-Nya dan mengambil aturan hidup lain seperti sekularisme dan demokrasi. Selama hal ini terus berlangsung, kebangkitan umat yang sejati akan sulit tercapai.
Wallahu a’lam bissawab.

Komentar
Posting Komentar