Gen Z Ikut Aksi, Tanda Aktualisasi Diri


OPINI

Semoga generasi yang tumbuh dalam era teknologi digital ini semakin banyak yang "melek politik," dan berjuang untuk rakyat menolak atas kedzaliman dan menjadikan Islam sebagai solusi mendasar.


Oleh Ummu Qianny

Aktivis Muslimah


Muslimahkaffahmedia.eu.org_Aksi demonstrasi belakangan ini semakin marak terjadi. Para demonstran turun ke jalan dengan membawakan beberapa tuntutan, mulai dari penurunan harga bahan pokok, perbaikan akses pendidikan dan layanan publik, serta penagihan janji penyediaan 19 juta lapangan kerja. Tidak hanya kaum mendang-mending yang mengikuti aksi demonstrasi, banyak juga dari mereka dengan kondisi mapan tidak segan ikut turun ke jalan, memberikan kritik terhadap pejabat korup di negeri ini yang masih hidup bermewah-mewah di tengah penderitaan rakyat. 



Begitu pula di dunia maya, banyak dukungan berupa kreativitas dari Gen Z seperti meme, poster, hingga narasi digital dapat kita lihat ikut menyuarakan tuntutan yang sama.


Psikolog anak dan remaja, Anastasia Satriyo M.Psi, menilai Gen Z memiliki mekanisme tersendiri dalam menghadapi tekanan yang berbeda dengan generasi sebelumnya.  

"Alih-alih melakukan tindakan destruktif, Gen Z memilih berbicara dengan cara khas mereka, yakni menggunakan media sosial, meme, poster kreatif hingga estetika visual." (kompas.com 2/9/2025)


Sementara itu, Psikolog dari Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim menyoroti fenomena meningkatnya jumlah anak di bawah umur yang ikut aksi demonstrasi. Menurutnya, meskipun demo bisa jadi ajang belajar menyampaikan pendapat, namun remaja rentan terprovokasi, karena kontrol diri mereka belum matang. Demonstrasi bukan sekedar ruang ekpresi tapi juga sarat risiko. 


Di balik pandangan para psikolog diatas, ada hal mendasar yang sering terabaikan yaitu pengklasifikasian karakter Gen Z itu sendiri. Jika ditelisik lebih dalam pengklasifikasian karakter ini muncul dari kerangka berfikir Kapitalisme, tujuannya jelas untuk mereduksi kesadaran politik generasi muda.


Generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai tahun 2012 inilah sejatinya yang kelak akan menjadi penerus bangsa, sehingga mereka harus memahami bagaimana kondisi negeri ini. Sayangnya, fokus mereka saat ini hanya terbatas pada identitas diri, citra dan emosi, serta cenderung menghindari konflik.


Di dalam pemahaman Islam terkait manusia, ada tiga potensi yang Allah berikan, dan ini sifatnya sama untuk semua manusia baik laki-laki atau perempuan. Salah satunya adalah gharizah baqo' (naluri mempertahankan diri). Naluri ini membuat manusia menolak untuk didzalimi. Sehingga apa yang dilakukan Gen Z dalam demonstrasi bukan sekedar tren ataupun fomo, tetapi ini adalah bentuk ekspresi diri yang muncul dari fitrah manusia, tidak rela ditindas.



Kondisi ini membuka mata mereka bahwa apa yang terjadi di negeri ini karena kedzaliman penguasa, selanjutnya mereka sadar peristiwa ini bukan semata-mata dari personal, tapi sudah menggurita karena sistem yang diterapkan. Maka, yang harus dipangkas adalah sistemnya bukan perorangan pejabatnya. 


Dalam menghadapi penguasa yang dzalim Islam mengajarkan kepada kita untuk mengoreksi mereka, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat an Nahl : 125


اُدۡعُ اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ بِالۡحِكۡمَةِ وَالۡمَوۡعِظَةِ الۡحَسَنَةِ وَجَادِلۡهُمۡ بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُؕ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعۡلَمُ بِمَنۡ ضَلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ‏ ١٢٥

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."


Selain ayat al Quran, terdapat pula hadis Rasulullah saw : 


سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَرَجُلٌ قَامَ إلَى إمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ، فَقَتَلَهُ

Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa yang zalim lalu ia memerintah penguasa itu (dengan kemakrufan) dan melarangnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuh dirinya.” (HR Al-Hakim dan Ath-Thabarani).


Hadis di atas menunjukkan keutamaan amar makruf nahi mungkar kepada penguasa yang zalim. Amar makruf nahi mungkar secara umum hukumnya wajib, termasuk di dalamnya amar makruf nahi mungkar kepada penguasa. Bahkan, Rasullullah saw. memasukan aktivitas ini sebagai bagian dari jihad, menunjukkan kebulatan tekad orang yang melakukannya, menyampaikan koreksinya di hadapan penguasa zalim, destruktif dan tirani. Penguasa yang kediktatorannya sudah dikenal tanpa takut bahwa kelak kekuasaannya harus dipertanggungjawabkannya di hadapan Allah Swt.


Dengan demikian menyampaikan kritik, protes atau pun demonstrasi di dalam Islam bukan sekedar ekspresi emosional semata, tetapi bagian dari kewajiban untuk menolak kedzaliman. Dan, hal ini berlaku untuk setiap umat muslim. Sebagaimana yang dilakukan para pemuda terdahulu mulai dari Ali bin Abi Thalib, Mus'ab bin Umair, Usamah bin Zaid, Zubair bin Awwan, mereka menjadi garda terdepan bersama Rasullullah Saw. berjuang dalam dakwah. Mereka tidak bersifat reaktif tetapi tetap fokus pada permasalahan yang terjadi sesuai kerangka dakwah yang Rasulullah saw contohkan. 


Semoga generasi yang tumbuh dalam era teknologi digital ini semakin banyak yang "melek politik," dan berjuang untuk rakyat menolak atas kedzaliman dan menjadikan Islam sebagai solusi mendasar atas masalah-masalah yang terjadi. Aamiin 



Wallahualam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan