Kisah Pilu Raya, Mengungkap Sistem Kesehatan Negeri Kita

 





September ceria telah tiba

Saatnya kita berbenah diri 

Kisah Raya menyadarkan kita 

Tentang kesehatan di negeri ini

OPINI

Oleh Nur Syamsiah Tahir 

Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi AMK 


Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI_September ceria telah tiba

Saatnya kita berbenah diri 

Kisah Raya menyadarkan kita 

Tentang kesehatan di negeri ini


Sebait pantun di atas bisa mengetuk hati dan pikiran kita terhadap peristiwa yang telah viral beberapa pekan ini. Sebagaimana dilansir oleh Beritasatu.com, Jakarta, Rabu, 20 Agustus 2025, kabar duka datang dari Sukabumi setelah video kondisi seorang balita bernama Raya beredar luas di media sosial. Batita (Bayi Tiga Tahun) itu meninggal dunia dengan tubuh yang dipenuhi cacing gelang, sungguh mengenaskan.


Berita tersebut mencuat tanpa membutuhkan waktu yang lama. Peristiwa tersebut bukan hanya menohok masyarakat sekitar tapi juga pejabat pemerintahan setempat khususnya dinas kesehatan. Fakta ini juga menjelaskan tentang sistem perlindungan negeri ini terhadap kondisi anak yang begitu rapuh.


Tampak di rekaman CT scan, Raya lemah tak berdaya ketika parasit menyerang organ dalam tubuhnya. Keluarga Raya juga menyaksikan secara langsung seekor cacing sepanjang 15 sentimeter keluar dari hidung Raya di ruang perawatan RSUD R. Syamsudin, S.H Kota Sukabumi. 


Kondisi Raya yang parah ini sebagai akibat infeksi yang ia derita. Bahkan pihak rumah sakit menegaskan bahwa infeksi cacing gelang sudah menyebar ke saluran pernapasan hingga otak. Selain itu, Raya juga mengalami komplikasi tuberkulosis meningitis dan hal ini memperburuk keadaannya.


Latar belakang kehidupan orang tua Raya serba kekurangan. Kondisi orang tuanya terbatas dari sisi ekonomi maupun mental sehingga pengasuhan terhadap Raya tidak maksimal. Kebiasaannya  bermain di kolong rumah panggung yang kotor dan dipenuhi kotoran ayam menjadi jalan masuknya penyakit ke tubuhnya.


Akar Masalahnya


Jika mendetaili kisah kehidupan Raya yang serba terbatas baik dari sisi ekonomi maupun kondisi mental orang tuanya, hal ini merupakan kondisi yang menggambarkan adanya ketimpangan ekonomi di tengah masyakat di negeri ini. Meskipun ada yang mampu dan mau bergotong royong membantu memperbaiki rumah orang tua Raya saat rumahnya hampir roboh. Namun, itu semua hanyalah secuil kepedulian yang ditunjukkan oleh sebagian masyarakat di sekitarnya. Lalu bagaimana dan kemana aparat pemerintahan setempat? Apakah mereka tidak mencermati kondisi anggota masyarakatnya? Ataukah mereka memang pura-pura buta dan tuli dengan kejadian di sekitar mereka?


Inilah kondisi di masyarakat kita secara sempit dan ini meluas hingga tataran pemerintahan negeri ini. Ruwetnya administrasi yang meliputi terpenuhinya identitas yang jelas dan kesediaan kartu keluarga serta BPJS, menjadikan proses pelayanan di semua lini terhambat. Bahkan mekanisme layanan kesehatan yang ada masih sebatas formalitas, terlebih  prosedur yang rumit membuat layanan tidak bisa diakses oleh setiap orang. Kondisi ini memaparkan dengan jelas tentang abainya negara dalam memberikan perlindungan bagi rakyat miskin dan lemah. 


Tentu saja kenyataan ini wajar terjadi karena negeri ini merupakan pengusung sistem kapitalis sekuler. Sebagaimana negeri-negeri lain sesama pengemban sistem kapitalis sekuler, segala kebijakan yang disahkan adalah yang mendatangkan manfaat secara materi baik bagi penguasa itu sendiri maupun bagi kroni-kroninya. Dengan demikian kondisi Raya merupakan hasil dari penerapan segala kebijakan yang diambil oleh penguasa negeri ini. Masyarakat yang memiliki privilege saja yang bisa mengakses kesehatan dengan layak. Sebaliknya, rakyat kecil tetap sengsara dengan keadaannya.


Islam Solusinya


Kembali pada Islam itulah solusinya, karena Islam bukanlah sekadar dien yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya saja. Namun, Islam adalah sebuah sistem yang mengatur manusia dalam semua aspek kehidupannya. Islam mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, Islam juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya bahkan Islam juga mengatur aktivitas manusia yang ada hubungannya dengan hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya.


Terhadap urusan manusia dengan manusia maka Islam memberikan aturan berupa sistem pergaulan, sistem pendidikan, sistem ekonomi dan perdagangan serta sistem sanksi. Termasuk dalam urusan kesehatan manusia, maka Islam juga memberikan aturan yang jelas dan nyata. Dalam pelaksanaannya tentu saja menjadi tanggung jawab negara. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Imam adalah raa’in (gembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.”


Dalam hadis yang lain Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad, dan Abu Dawud juga meriwayatkan, ”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” 


Berdasarkan hadis tersebut kepemimpinan di dalam Islam dimaknai sebagai tanggung jawab dunia dan akhirat. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang manusia yang diamanati Allah Swt. untuk mengurus urusan rakyat, lalu mati dalam keadaan ia menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya.” 


Dengan demikian, pemimpin dalam Sistem Islam akan berusaha bersungguh-sungguh untuk menjadi pelayan bagi rakyatnya, termasuk orang-orang yang membantunya baik dari sisi administrasi maupun dari sisi praktiknya. Dengan begitu kondisi sosial masyarakat pun terjaga dalam Islam. Kepedulian di antara masyarakat akan terbangun sehingga seorang Muslim tidak akan membiarkan tetangga/saudaranya berada dalam kesulitan, mereka akan bersegera menolong. Pun negara akan menyediakan layanan kesehatan dengan fasilitas terbaik, gratis, serta prosedur yang mudah, sehingga dapat diakses oleh semua kalangan tanpa pilih kasih, sebagaimana yang sudah pernah terjadi di masa Khilafah Islam. 


Demikianlah, Islam merupakan agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam telah terbukti selama 14 abad lamanya mampu menyejahterakan umatnya, bahkan Islam berkuasa di 2/3 wilayah dunia. Untuk itu saatnya kita berusaha dan mengusahakan penerapan Islam secara kafah agar tidak muncul lagi kasus-kasus Raya yang lain. 


Wallahu’alam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan