Gedung Ponpes Ambruk, Bukti Rusaknya Kapitalisme


OPINI

Islam mewajibkan negara menyediakan fasilitas pendidikan baik itu sekolah negeri maupun swasta dengan standar keamanan, kenyamanan dan kualitas terbaik. 

Oleh Sri Yana, S.Pd.I 

(Aktivis Muslimah) 


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Pendidikan adalah hak setiap anak. hak asasi setiap anak juga dijamin oleh hukum nasional dan internasional, seperti UUD 1945 dan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak. Hak ini bertujuan untuk mengembangkan potensi anak, membangun karakter, menciptakan masyarakat yang lebih baik dan adil, tetapi apa jadinya bila gedung Ponpes sampai ambruk?


Beberapa waktu lalu, Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur mengalami keambrukan bangunan. Berdasarkan data BNPB, Minggu (5/10/2025), terhitung pukul 06.30 WIB sampai 12.00 WIB, tim gabungan telah menemukan 12 jenazah dan satu lagi potongan tubuh manusia dari balik reruntuhan bangunan lantai empat musala. Penemuan itu menambah data jumlah korban meninggal dunia menjadi 37 orang dan bagian tubuh menjadi dua potongan. (newsdetikdot.com, 5/10/2025)



Selain itu, informasi lanjutan dari Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur kembali mengumumkan hasil identifikasi korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo. Total 51 jenazah telah berhasil diidentifikasi dari 67 kantong jenazah.(newsdetikdot.com, 11/10/2025)


Sungguh miris. Kejadian runtuhnya bangunan Ponpes Al Khoziny ini menuai sorotan dari berbagai pakar. Salah satunya Ppakar teknik sipil struktur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Mudji Irmawan. Ia mengatakan struktur bangunan yang ambruk di Ponpes Al Khoziny dalam keadaan tidak stabil atau labil. Ini karena konstruksi bangunan awalnya direncanakan untuk satu lantai, tetapi kemudian dibangun tiga lantai. (detikdot.com, 6/10/2025)



Demikianlah bangunan tanpa perencanaan yang matang. Menghasilkan bangunan yang abal-abal, tanpa pertimbangkan keselamatan. Pasalnya, kontruksi bangunan dari awal direncanakan hanya untuk satu lantai tetapi akhirnya menjadi tiga lantai. Ini artinya merupakan suatu kecerobohan yang amat fatal. Ketika membangun satu lantai, dua lantai bahkan tiga lantai akan membutuhkan jumlah kontruksi yang berbeda. Makin tinggi bangunan akan membutuhkan bahan-bahan yang banyak, kuat dan berkualitas. Sehingga bangunan bawah harus kokoh karena akan menyangga bangunan-bangunan di atasnya. 


Beginilah jadinya bila bangunan yang dibangun tidak memikirkan kualitas dan kekokohan bangunan, serta kurangnya pengawasan dari pemerintah. Hal ini terjadi bisa jadi karena dana yang kurang. Umumnya dana dari wali santri dan donatur yang terbatas. Padahal pemerintah harusnya menyediakan fasilitas pendidikan, tetapi kenyataannya dibebankan pada masyarakat. 


Semua ini berpangkal dari sistem yang telah diterapkan di negeri ini yakni Kapitalisme. Kapitalisme asas dasarnya adalah manfaat. Tujuan setiap manusia mengikuti sistem ini. Umat sulit lari dari cengkramannya. Banyak pemikiran-pemikiran umat yang tersandera dengan pemikiran untung rugi. Sehingga apapun yang dilakukan di sistem kapitalis, umat aka terbawa oleh keadaan yang serba sulit. Akhirnya, umat hanya mampu berpikir bagaimana agar bisa bertahan hidup. Parahnya, sudah nyata bobroknya kapitalisme, namun pemerintah enggan untuk meninggalkannya. 



Sejatinya umat sadar akan penerapan sistem Islam yang mampu memberikan kesejahteraan. Islam akan melakukan pencegahan preventif supaya tidak terjadinya masalah apalagi sampai parah seperti masalah ambruknya gedung pesantren, pembullyan, penganiayaan, pembunuhan hingga kematian yang terjadi banyak pada dunia pendidikan saat ini. Islam memberikan solusi yang tuntas kepada permasalahan umat, bukan seperti yang dirasakan pada sistem saat ini yaitu, kejadian berulang-ulang yang tidak ada ujung penyelesaian. Sehingga umat merasakan jengah dengan kondisi saat ini. 



Islam mewajibkan negara menyediakan fasilitas pendidikan baik itu sekolah negeri maupun swasta dengan standar keamanan, kenyamanan dan kualitas terbaik. Begitu pula pendanaan fasilitas pendidikan diatur dalam sistem keuangan Baitul mal. Baitul mal sendiri berasal dari berbagai sumber, baik yang bersifat wajib (dauriyyah) maupun sukarela (ghair dauriyyah). Sumber-sumber wajib tersebut meliputi zakat, kharaj (pajak tanah), jizyah (pajak per kepala bagi non-muslim), dan fa'i (harta rampasan perang). Selain itu, ada juga sumber sukarela seperti infak, sedekah, dan wakaf. Sebagaimana firman Allah Swt. 


"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (TQS. At Taubah:60)


Tak heran, pendidikan akan terjamin bilamana sistem Islam diterapkan. Karena sistem Islam adalah sistem yang paling adil diantara sistem yang ada dan Allah langsung yang telah menetapkan atau menghukumi perkara tersebut benar atau salah. Wallahualam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan