Job Hugging Bukti Kerusakan Sistem Kapitalis
Penyebab fenomena job hugging yang makin marak sekarang ini adalah bukti bahwa sistem ekonomi kapitalis gagal menjamin pekerjaan bagi rakyat.
OPINI
Oleh Enggar Rahmadani
Aktivis Muslimah
Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI_Tren baru muncul di dunia kerja, yaitu tren bertahan atau ‘memeluk’ pekerjaannya yang ada saat ini atau disebut juga dengan istilah ‘job hugging’.
Fenomena job hugging ini makin marak di Indonesia maupun Amerika. Fenomena ini muncul karena situasi pasar kerja saat ini yang penuh ketidakpastian. Para pekerja cenderung untuk tetap bertahan dalam satu pekerjaan yang tengah dijalani, meskipun sudah tidak memiliki minat dan motivasi dalam pekerjaan tersebut daripada harus ambil risiko pindah kerja. Para lulusan perguruan tinggi juga tidak lepas dari fenomena tersebut demi keamanan finansial dan stabilitas. Mereka beranggapan, lebih baik asal kerja daripada menjadi pengangguran intelektual.
CNBC mencatat tingkat pekerja yang keluar dari pekerjaan hanya 2% dalam beberapa bulan terakhir, terendah sejak 2016. Sementara itu, survei ZipRecruiter menemukan 52% karyawan baru hanya berganti pekerjaan sekali dalam dua tahun terakhir, naik dari 43% sebelumnya.
Banyak pekerja merasa pasar kerja sedang lesu dan risiko PHK bisa saja meningkat. Pertumbuhan pekerjaan juga melemah signifikan dengan laju perekrutan melambat ke level terendah sejak 2013, tidak termasuk masa awal pandemi Covid-19. (cnbcindonesia.com, 7-10-2025)
Dengan maraknya orang yang memilih untuk job hugging, hal ini menyebabkan pasar kerja tidak bergairah serta kinerja perusahaan tidak optimal. Meskipun terlihat aman, tetapi job hugging punya sisi negatifnya. Jika pekerja terlalu lama dan nyaman di posisinya, hal tersebut akan membuatnya stagnan dan kurang berkembang. Hal ini akan menjadikan pekerja tidak kompetitif ketika pasar tenaga kerja kembali bergairah. Selain itu, kekhawatiran akan kehilangan penghasilan ini akan berdampak lebih besar pada kesehatan mental daripada kehilangan pekerjaan itu sendiri.
Penyebab fenomena job hugging yang makin marak sekarang ini adalah bukti bahwa sistem ekonomi kapitalis gagal menjamin pekerjaan bagi rakyat. Sistem ini menjadikan swasta mengambil alih kewajiban negara untuk menyediakan lapangan kerja. Selain itu, dalam sistem kapitalis, meskipun kurikulum perguruan tinggi disiapkan untuk adaptif dengan dunia kerja, tetapi prinsip liberalisasi perdagangan menjadikan negara lepas tangan dalam memastikan warganya bisa bekerja, untuk memenuhi kebutuhan dasar/pokok mereka.
Model pendidikan saat ini seolah memenjarakan anak bangsa untuk terus menjadi buruh murah tanpa mendapat kesempatan untuk mandiri, menciptakan industri sendiri, dan berinovasi. Keterbatasan industri yang ada berbanding terbalik dengan banyaknya lulusan baru setiap tahunnya, sehingga lulusan tersebut banyak yang tidak terserap dan akhirnya menambah jumlah pengangguran yang ada.
Negara seolah hanya menjadi perantara dunia industri dan para angkatan kerja, tetapi tidak menciptakan lapangan pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat. Negara sebagai penanggung jawab kesejahteraan rakyat, seharusnya menuntaskan persoalan ini agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar. Nyatanya negara abai terhadap persoalan ini. Pemerintah tidak peduli dengan pengembangan industri padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja. Negara berlepas tangan akan tanggung jawab dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Berbeda halnya jika menggunakan sistem Islam. Islam menjadikan negara sebagai pengurus rakyat termasuk dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Negara akan mempersiapkan ketersediaan lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan negara dan rakyat, bukan hanya untuk kepentingan oligarki saja. Hal ini berdasarkan keumuman hadis Rasulullah saw., “Seorang Imam (kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya.” (HR Bukhari No.844)
Sementara itu program pendidikan dalam Islam tidak akan membebek pada kepentingan industri. Pendidikan dalam Islam memfokuskan untuk mencetak SDM berkualitas, yaitu yang mampu berkontribusi untuk kemaslahatan umat. SDM yang memiliki kepribadian Islam serta akan membentuk SDM yang inovatif, kreatif, dan produktif. Maka mereka pun akan memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, jumlah pengangguran pun akan turun, karena jumlah lapangan pekerjaan akan berbanding lurus dengan jumlah para pencari kerja.
Melalui pendidikan Islam, generasi akan dicetak memiliki kepribadian Islam yang bermental kuat dan siap mengarungi kehidupan dengan bersandar pada syariat Islam. Selain itu, di dalam Islam negara berkewajiban memahamkan rakyatnya termasuk generasi terkait kewajiban laki-laki balig untuk bekerja. Negara akan memastikan para laki-laki bekerja dan mampu memenuhi kewajibannya. Sehingga dengan begitu terciptalah kesejahteraan bagi semua masyarakat.
Dalam negara Islam, negara juga memberikan bantuan modal bagi rakyat yang ingin berwirausaha berupa uang, lahan, sarana prasarana produksi, dan lain sebagainya. Di sisi lain, orang-orang yang lemah atau tidak mampu bekerja juga akan diberikan santunan.
Selama masa kejayaan Islam telah terbukti bahwa sistem ekonomi Islam mampu menyejahterakan seluruh warganya hingga berabad-abad lamanya. Sebagai contoh, coba kita tengok kisah di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang rakyatnya tidak ada yang berhak menerima zakat. Begitu pula kisah kegemilangan Khalifah Harun Arrasyid yang mengosongkan baitulmal hingga tidak ada satu pun rakyatnya yang kelaparan. Oleh karena itu, persoalan pengangguran hari ini hanya akan terurai dalam negara yang menerapkan Islam kafah, yaitu Khilafah Islamiyah.
Wallahualam bissawab

Komentar
Posting Komentar