Cerai Tren Buruk, Generasi Terpuruk



 Perceraian tidak hanya tren di pasangan muda tapi ngetren juga di kalangan lansia.

OPINI

Oleh Mardiyah 

Aktivis Muslimah 


Muslimahkaffahmedia.eu.org, OPINI -Google Trends mencatat sejarah baru tentang keyword 'cerai'.

Keyword cerai mencapai titik kulminasi tertinggi sepanjang tahun. Sempat surut kemudian naik lagi di Oktober minggu ketiga. (Kompas.id, 7-11-2025) 

Inilah lifestyle masyarakat kita hari ini, tren cerai juga dipengaruhi naiknya algoritma "cerai selebriti". Mode cerai meningkat tajam sementara mode nikah menurun drastis.


Perceraian tidak hanya tren di pasangan muda tapi ngetren juga di kalangan lansia. Apa penyebabnya? Menurut situs Pengadilan Agama Bojonegoro, diantara penyebab perceraian yaitu: PHK, judi, pertengkaran/KDRT, narkoba, kawin paksa, perzinaan atau perselingkuhan (pa.bojonegoro.go.id, 18-11-2025 )


Dampak Perceraian Akibat Awam Syariat 


Inilah gambaran masyarakat yang lemah pemahaman agamanya. Menikah tapi belum benar-benar siap konsekuensinya. Belum siap ilmunya, belum siap mendidik anak, belum siap memperlakukan pasangan dengan santun. Belum siap menyempurnakan agama dengan pernikahan. Akhirnya, pernikahan yang dijalani tanpa pemahaman agama akan berakhir dengan perceraian.


Perceraian menorehkan luka bagi keluarga, bagi suami istri ataupun anak-anak. Perceraian dapat memiliki dampak negatif pada ketahanan keluarga dan generasi selanjutnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang bercerai lebih berisiko mengalami masalah emosional, sosial, dan akademis.


Secara emosional, anak-anak berisiko mengalami depresi, kecemasan, dan stres. Kemudian secara sosial, mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dan membentuk hubungan yang sehat. Sedangkan, secara akademis mengalami kesulitan dalam belajar sehingga memiliki prestasi akademis yang rendah.


Tingginya angka perceraian merupakan ancaman serius bagi kita. Karena anak-anak yang lahir dari keluarga yang bercerai adalah 'yang bermasalah'. Sementara kita berharap bonus demografi Indonesia emas pada 2045. Bagaimana mungkin hal ini dapat terwujud?


Sekularisme Biang Perceraian 


Kenapa ada banyak pasangan memutuskan bercerai? Ternyata sistem pendidikan sekuler yang diterapkan negara saat ini yang artinya memisahkan agama dari kehidupan, memang menghasilkan orang-orang yang jauh dari agama. Agama diakui keberadaannya, namun tidak boleh mengatur kehidupan.


Padahal tujuan menikah di antaranya ingin mendapatkan kebahagiaan sakinah mawadah warahmah (samara). Tapi bagaimana mungkin mendapatkan samara sementara sendi-sendi kehidupan diatur dengan paradigma sekuler? Sistem pergaulan sosial menjadikan manusia lebih menghargai materi (uang) dari pada ke kesalihan. Sistem pendidikan menjadikan manusia jauh dari agama. Sistem ekonomi menghasilkan kesenjangan sosial sehingga ang kaya makin kaya yang miskin tambah terpuruk. 


Islam Solusi Hakiki Masalah Manusia 


Kondisi demikian membuat ketahanan keluarga lemah dan anak-anak tidak berkualitas. Maka perlu dipikirkan bagaimana caranya agar keluarga bahagia dan sejahtera dan melahirkan generasi yang sehat fisik dan mental. Jawabannya hanya ada pada penerapan Islam secara totalitas oleh daulah Islam.


Rasulullah saw. adalah teladan hidup kita, beliau seorang nabi, kepala negara, panglima perang, suami, dan kepala keluarga terbaik. Ketika daulah Islam tegak di Madinah pemimpinnya adalah Rasulullah saw.. Beliau membangun negara dan peradaban Islam dengan bimbingan wahyu dari Allah. Negara akan menerapkan kurikulum pendidikan berbasis Islam yang akan mencetak generasi bersyaksiyah Islamiyah dan menjadi generasi terbaik.


Pembinaan kepribadian Islam pada saat itu menghasilkan orang-orang yang bertakwa. Ketika memasuki jenjang pernikahan mereka sudah paham akan tanggung jawab dan perubahan status sebagai suami, istri, ibu maupun kepala keluarga. Mereka siap membangun keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Dengan begitu keluarga akan melahirkan generasi tangguh penerus perjuangan Islam.


Calon ayah memahami tugasnya sebagai penjaga keluarga dari siksa api neraka. 

Allah Swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka ...." (QS. At-Tahrim: 6)


Ayah juga menyadari tugas mencari nafkah sebagai ibadah yang tinggi pahalanya. Sementara, calon ibu sudah siap dengan amanah sebagai 'Ummu warobbatul bait'. Ibu akan berusaha melengkapi keterampilan dirinya dengan berbagai skill yang dibutuhkan seperti managemen komunikasi, manajemen konflik, managemen keuangan keluarga, skill memasak dan lain-lain.


Di sisi lain, kepala negara dalam daulah Islam adalah penanggung jawab urusan rakyat. Sistem ekonomi Islam menjamin setiap keluarga terpenuhi kebutuhannya. SDA yang menjadi kepemilikan umum seperti barang tambang: emas, perak, nikel, batu bara minyak bumi, dan lain-lain dikelola oleh negara dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Haram hukumnya ketika dikelola oleh asing. 


Maka hal ini akan mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Para pencari nafkah untuk keluarganya juga akan mendapatkan upah yang layak. Dengan demikian ketahanan keluarga dapat terjaga dan sejahtera. Sungguh sistem ekonomi Islam adalah penyangga kesejahteraan.


Dalam sistem pergaulan dan sosial dalam Islam akan menjamin kehidupan masyarakat berjalan dengan harmonis karena dilandasi akidah Islam. Ikatan pernikahan dilindungi negara Islamiyah karena merupakan 'mitsaqan ghalidza' di hadapan Allah. Tidak ada budaya pacaran, pergaulan bebas apalagi perselingkuhan. Negara benar-benar hadir melindungi rakyatnya.


Demikianlah Islam menjadi solusi bagi permasalahan manusia. Kehadirannya menjadi rahmat bagi semesta alam. Saatnya umat bangkit untuk mewujudkan keberadaannya. Institusi Daulah Islam (khilafah) benar-benar penyelamat manusia dari keterpurukan. 


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Retak yang Masih Mengikat

Akhir Jeda Sebuah Keteguhan