Maraknya Pengangguran, Islam Memiliki Solusi


OPINI

Masalah pengangguran ini tentu akan mudah diselesaikan jika negara mau menerapkan aturan Islam secara kafah (menyeluruh). 

Oleh Siti Mukaromah 

Aktivis Dakwah 


Muslimahkaffahmedia.eu.org-Miris, gelar lulusan sarjana dulu begitu sangat dipuja menuju masa depan cerah, tetapi kenyataan hari ini makin banyak yang masuk dalam lingkaran pengangguran.


Dikutip dari (cnbcindonesia.com, 1/5/2025) banyak sarjana menganggur, gelar ijazah tak bisa lagi jadi senjata. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tren mencemaskan pada 2014 jumlah pengangguran bergelar sarjana tercatat sebanyak 495.143 orang. Angka melonjak drastis pada tahun 2020 menjadi 981.203. Meski sempat turun menjadi 842.378 pada pada 2024 orang, jumlah tersebut tetap tergolong tinggi.


Lonjakan terbesar menerjang terjadi saat pandemi Covid -19, dan dunia kerja nyaris lumpuh. Di tengah krisis global ribuan lulusan baru terpaksa memulai kariernya. Secara angka absolut lulusan SMA pada tahun 2023 masih mendomisili jumlah pengangguran mencapai 2,51 juta orang. Para lulusan SMA cenderung lebih fleksibel, mereka banyak menyerap peluang di sektor formal atau pekerjaan teknis yang tidak menuntut ijazah tinggi.


Berbeda dengan halnya sarjana yang sering terjebak dalam kondisi "aspiritional mismatc" ketika mimpi, ekspektasi, dan kenyataan tidak bertemu di titik yang sama. Mereka enggan menerima pekerjaan menganggap kurang bergengsi karena di luar bidang studi, dan lebih memilih menunggu meski waktu terus berjalan. Lulusan universitas yang menargetkan gaji posisi ideal yang belum tentu tersedia di pasar, terpaksa mereka menunggu lebih lama sehingga menyumbang jumlah pengangguran.


Melihat pemuda berpendidikan tinggi yang diharapkan bisa menyumbang kemajuan untuk negeri, sebaliknya menambah jumlah pengangguran. Sedangkan kebutuhan yang kian mahal bisa menyebabkan tindakan kejahatan dan kriminal yang kerap terjadi seperti penipuan, pencurian, penjambretan, hingga pembunuhan dengan menghalalkan segala cara untuk mencari uang.


Jika disinggung dengan populasi, sebetulnya masalah pengangguran tidak ada korelasinya. Tinginya permasalahan pengangguran yang tak kunjung usai di kalangan pemuda sebenarnya adalah akibat sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini telah nyata gagal di dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya.


Munculnya masalah pengangguran ini jika ditelusuri sebab-sebabnya adalah: Pertama, prinsip adanya kebebasan yang dianut sistem ini yakni kapitalisme. Dalam setiap usaha berlaku adanya hukum rimba. Siapa saja yang memiliki modal (kapital) memiliki kekuatan bisa menyingkirkan yang lemah. Para pengusaha leluasa menentukan upah, dan mengendalikan siapa saja yang dapat bekerja. Tentu akan sangat menguntungkan bagi pemilik modal pengusaha asing mengambil pekerja dari negaranya sendiri.


Kedua, penerapan kekeliruan kurikulum pendidikan. Faktanya justru penyumbang pengangguran dari lulusan SMK yang selalu di elu-elukan siap memenuhi kebutuhan industri. Sistem kurikulum dalam kapitalisme yang mengikuti pasar ini artinya tidak selalu berlaku. Seiring zaman berkembangnya industri pun turut berubah. Kurikulum seperti disetir para pemilik modal oligarki mengikuti kehendak mereka. Keberadaannya SMK dan perguruan tinggi didesain mengikuti permintaan pasar, seperti halnya penerapan kurikulum kampus merdeka.


Ketiga, penyebab pengangguran diakibatkan penawaran modal usaha dengan jebakan riba. Justru bukannya modal buka usaha untuk membantu, tetapi pinjaman dengan menarik bunga yang diberikan hanya untuk mendapatkan keuntungan. Pastinya bunga dari pinjaman tersebut tidak sedikit, akhirnya para usaha kecil dan menengah sulit melunasi.


Keempat, negara dalam sistem kapitalisme hanya menghubungkan para pekerja dengan industri, dan tidak menyediakan atau memfasilitasi buka usaha kepada warganya. Negara hanya berperan sebagai fasilitator nampak mengikuti permintaan korporat.


Berbeda jika masalah pengangguran di kembalikan kepada solusi Islam. Dalam pandangan Islam namanya pemimpin adalah pengurus segala urusan rakyatnya. Pemimpin negara dalam Islam memberikan solusi agar tidak ada warganya menganggur, meminta-minta, apalagi sampai ada yang melakukan tindakan kejahatan. Kewajiban utama negara dalam Islam menciptakan lapangan pekerjaan dengan menyediakan fasilitas dan memberikan modal tanpa riba kepada warganya. 


Untuk memudahkan rakyat dengan pekerjaan yang halal, negara dalam sistem Islam (Khilafah) mengharamkan investasi dan usaha nonriil, serta menjaga tidak akan membiarkan persaingan yang tidak sehat. Tidak menutup kemungkinan juga jika ada orang-orang yang malas berusaha, maka khalifah sebagai pemimpin negara memahamkan kewajiban kedudukan bekerja bagi laki-laki dengan memberikan keterampilan khusus.


Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik, ada seorang pengemis menemui Rasulullah saw. Beliau lalu menyuruh pengemis membeli sebuah kapak untuk mencari kayu sebanyak mungkin kemudian menjualnya, juga memberikan ongkos melepas kepergian pengemis tersebut. Beberapa pekan pengemis tersebut kembali menghadap Rasulullah saw. dengan membawa hasil penjualannya. Beliau menyuruhnya membeli makanan dan pakaian untuk keluarganya. Beliau bersabda bahwasanya hal ini lebih baik bagi dirinya, karena meminta-minta hanya akan membuat noda di wajahnya di akhirat nanti.


Dalam riwayat hadis Abu Daud juga Rasulullah saw. bersabda, "Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal. Fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, hutang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha."


Masalah pengangguran ini tentu akan mudah diselesaikan jika negara mau menerapkan aturan Islam secara kafah (menyeluruh). Allah Swt. sudah berpesan melalui rasul-Nya kepada manusia untuk menjadikan Islam sebagai solusi berbagai masalah kehidupan.


Demikianlah keseriusan Islam dalam menanggulangi pengangguran telah di contohkan oleh Rasulullah saw. Lantas, masihkah kita berharap pada sistem kapitalisme yang telah gagal dan selalu melahirkan persoalan tanpa penyelesaian?


Wallahualam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oligarki Rudapaksa Ibu Pertiwi, Kok Bisa?

Rela Anak Dilecehkan, Bukti Matinya Naluri Keibuan

Kapitalis Sekuler Reduksi Kesabaran, Nyawa jadi Taruhan